Senin 07 Jul 2025 16:25 WIB

Trump Ancam Tambah Tarif Dagang Negara Pendukung BRICS

Surat pemberitahuan tarif dagang akan segera dikirimkan.

Presiden Donald Trump berbicara dalam acara pengumuman tarif baru di Rose Garden Gedung Putih, Rabu, 2 April 2025, di Washington.
Foto: AP Photo/Evan Vucci
Presiden Donald Trump berbicara dalam acara pengumuman tarif baru di Rose Garden Gedung Putih, Rabu, 2 April 2025, di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Presiden AS Donald Trump kembali menebar ancaman tarif dagang. Kali ini, Trump mengancam akan mengenakan tarif tambahan 10 persen kepada negara mana pun yang mendukung "kebijakan anti-Amerika" kelompok BRICS.

"Tidak akan ada pengecualian untuk kebijakan ini," tulis Trump di platform media sosial miliknya, Truth Social, pada Ahad (6/7/2025).

Baca Juga

Pernyataannya itu muncul ketika para pemimpin negara-negara BRICS berkumpul di Rio de Janeiro, Brazil, untuk menghadiri pertemuan puncak tahunan mereka. Dalam unggahan terpisah, Trump mengumumkan bahwa surat pemberitahuan tarif atau kesepakatan dagang dengan berbagai negara di dunia akan mulai dikirimkan pada Senin (7/7) pukul 12.00 waktu Washington (23.00 WIB).

Pada akhir Januari lalu, dia menyatakan bahwa "tidak ada kemungkinan (negara-negara) BRICS menggantikan dolar AS dalam perdagangan internasional, atau di mana pun."

Trump meminta komitmen dari negara-negara BRICS untuk tidak menciptakan mata uang baru atau mendukung mata uang lain sebagai pengganti dolar AS.

"Jika mereka tetap melakukannya, mereka akan dikenai tarif 100 persen," kata Trump.

Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara BRICS telah membahas wacana untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Wacana itu kian menguat setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap Rusia pada 2022 akibat "operasi militer khusus" ke Ukraina.

Pada April, AS memberlakukan tarif timbal balik pada sebagian besar negara, tetapi kemudian menangguhkannya selama 90 hari mulai 9 April.

Berbagai negosiasi tarif sedang berlangsung karena negara-negara mencari kesepakatan perdagangan yang lebih baik dengan ekonomi terbesar di dunia tersebut saat tenggat waktu semakin dekat.

sumber : Antara/Anadolu
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement