REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China mengatakan BRICS tidak mencari konfrontasi atau menargetkan negara manapun setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan menerapkan tarif tambahan sebesar 10 persen terhadap negara anggota BRICS. Ancaman itu diutarakan Trump lewat unggahan di Truth Social pada Ahad (6/7/2025).
"BRICS adalah sebuah platform kerja sama penting di antara negara-negara pasar berkembang di negara berkembang," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam keterangan pers, Senin (7/7/2025) dikutip Miami Herald.
"(BRICS) mengadvokasi keterbukaan, inklusivitas, dan niat kerja sama. Itu bukan sebuah blok konfrontasi, bukan juga menargetkan negara manapun. Terkait kenaikan tarif AS, China memosisikan diri dengan jelas lebih dari sekali. Perang dagang dan tarif tidak memiliki pemenang, dan proteksionisme tidak menuntun ke manapun," ujar Mao Ning.
Lewat Truth Social, Trump menegaskan tambahan tarif 10 persen untuk negara-negara yang "menyejajarkan diri dengan kebijakan Anti-Amerika BRICS". Ia juga mengatakan, AS akan memulai surat tarif dan mengumumkan hasil negosiasi dagang pada 7 Juli, setelah masa jeda 90 hari pemberlakuan tarif resiprokal berakhir.