Senin 13 Oct 2025 07:02 WIB

Perang Dagang Memanas Lagi, China Kritik Tarif Baru dari Trump

Ketegangan perdagangan yang kembali memanas ini mengguncang pasar saham Wall Street.

Presiden Donald Trump.
Foto: AP Photo/Alex Brandon
Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — China menyebut langkah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang kembali memberlakukan tarif terhadap barang asal China sebagai tindakan standar ganda. Beijing juga membela kebijakannya terkait pembatasan ekspor unsur tanah jarang (rare earth elements) dan peralatan pendukung, namun tidak menetapkan tarif balasan baru terhadap produk asal AS.

Dikutip dari Reuters, pada Jumat (10/10/2025), Trump menanggapi langkah pengendalian ekspor terbaru China dengan mengenakan tambahan tarif sebesar 100 persen atas ekspor China ke AS, serta memberlakukan pembatasan baru terhadap ekspor perangkat lunak penting mulai 1 November.

Baca Juga

Ketegangan perdagangan yang kembali memanas ini mengguncang pasar saham Wall Street. Saham-saham perusahaan teknologi besar (Big Tech) merosot tajam, sementara sejumlah perusahaan asing yang bergantung pada produksi unsur tanah jarang olahan China ikut khawatir. Kondisi tersebut juga berpotensi menggagalkan pertemuan puncak antara Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan berlangsung akhir bulan ini.

Pernyataan Kementerian Perdagangan China pada Ahad (12/10/2025) menjadi tanggapan resmi pertama terhadap unggahan panjang Trump di platform Truth Social pada Jumat sebelumnya. Dalam unggahan itu, Trump menuduh Beijing meningkatkan ketegangan perdagangan setelah enam bulan masa “gencatan senjata” yang memungkinkan kedua negara kembali berdagang tanpa tarif tinggi.

“Hubungan kami dengan China selama enam bulan terakhir sangat baik. Karena itu, langkah ini dalam bidang perdagangan menjadi sesuatu yang mengejutkan,” kata Trump.

Kementerian Perdagangan China menyatakan kebijakan pengendalian ekspor unsur tanah jarang dilakukan sebagai respons atas sejumlah langkah AS sejak perundingan perdagangan bilateral di Madrid bulan lalu. Beijing menyebut penambahan sejumlah perusahaan China ke dalam daftar hitam perdagangan AS serta penerapan biaya pelabuhan terhadap kapal berbendera China sebagai contohnya.

“Tindakan AS telah sangat merugikan kepentingan China dan merusak suasana pembicaraan ekonomi dan perdagangan bilateral. China dengan tegas menentangnya,” demikian pernyataan kementerian tersebut.

Beijing tidak secara eksplisit mengaitkan kebijakan pembatasan ekspornya dengan tindakan AS. Pemerintah China menyebut langkah tersebut didorong oleh kekhawatiran atas penggunaan material tersebut untuk kepentingan militer di tengah meningkatnya konflik bersenjata global.

Selain itu, China juga belum mengumumkan tarif balasan terhadap produk AS, berbeda dengan kebijakan sebelumnya ketika kedua negara saling menaikkan tarif hingga mencapai 145 persen dari pihak AS dan 125 persen dari pihak China.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement