REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat perpajakan Yustinus Prastowo menilai Dana Moneter Internasional (IMF) memiliki niat terselubung dengan menyebut program pengampunan pajak tidak akan berhasil di Indonesia.
Yustinus menduga, pernyataan IMF tersebut didasari motif agar Indonesia tetap bergantung dengan utang-utang kepada lembaga-lembaga donor. Maklum, pemerintah ingin menerapkan pengampunan pajak untuk menggenjot penerimaan negara dalam jangka pendek dan panjang.
"Ada satu nuansa bahwa mereka khawatir kehilangan pengaruh untuk Indonesia. Mereka takut kita bisa berdiri sendiri tanpa soft loan (pinjaman lunak), bisa membangun sendiri. Ada kecenderungan ke sana," kata Yustinus, Selasa (15/3).
Yustinus menambahkan, sebenarnya bukan hanya IMF yang meremehkan keberhasilan program pengampunan pajak. Hal senada juga sudah disuarakan oleh World Bank atau Bank Dunia. Prastowo menerangkan, kedua lembaga tersebut takut Indonesia tidak lagi tergantung dengan soft loan untuk proyek reformasi administrasi.
"Selama ini kita cukup bergantung dengan mereka. Tapi, di era Jokowi ini, kita sudah tidak terlalu bergantung dengan pinjaman kepada lembaga donor. Makanya, mereka akan merasa semakin terpukul dengan rencana pengampunan pajak," kata Yustinus.
Yustinus berharap pemerintah tidak mengindahkan ucapan IMF. Bagi Yustinus, pengampunan pajak mesti diterapkan karena wacana ini sudah menyebar ke berbagai negara. Kalau batal dilaksanakan, maka kredibilitas pemerintah menjadi taruhannya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Misi IMF Luis E Bereur mengatakan, penerapan tax amnesty di beberapa negara terbukti kurang berhasil mengakselerasi penerimaan negara. Kejadian tersebut ditakutkan akan terjadi juga di Indonesia.
"Kami tidak begitu yakin. Kami sedikit skeptis dengan penerapan tax amnesty dimana pun, tapi kami harap kami keliru di Indonesia," kata Luis, Selasa (15/3).