Senin 25 Jan 2016 17:18 WIB

Industri Petrokimia Tertolong Harga Minyak Dunia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Pabrik petrokimia
Foto: Saptono/Antara
Pabrik petrokimia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak dunia yang terus merosot dinilai tidak menganggu kinerja industri petrokimia dan justru memberikan dampak positif. Hal ini karena, dengan harga minyak yang murah maka margin produk akan menjadi lebih baik.

"Penurunan harga bahan baku lebih besar, jadi margin yang terbentuk makin baik," ujar Direktur HRD dan Corporate Secretary PT Chandra Asri Petrochemical Suryandi di Jakarta, Senin (25/1).

Suryandi menjelaskan, permintaan petrokimia di Indonesia masih besar sehingga harganya masih terjaga. Menurutnya, faktor yang mempengaruhi industri petrokimia yakni perubahan kurs mata uang rupiah terhadap dolar AS. Hal ini karena, sebagian besar bahan baku Naphtha masih diimpor dari Timur Tengah dan Singapura. Apalagi, komponen harga bahan baku memiliki kapasitas sebesar 85 persen dari keseluruhan biaya produksi.

"Di dalam negeri belum ada yang memproduksi Naphtha, bahkan Pertamina juga belum ada karena mereka fokusnya ke bahan bakar minyak," kata Suryandi.

Suryandi mengatakan, pada 2016 ini Chandra Asri meningkatkan kapasitas produksi mencapai 43 persen. Peningkatan tersebut berdasarkan dari ekspansi penambahan mesin yang dilakukan pada 2015 lalu. Suryandi menjabarkan, dengan ekspansi itu maka kapasitas produksi Ethylene akan meningkat dari 600 ribu ton menjadi 860 ribu ton, dan kapasitas produksi Propylene akan meningkat dari 320 ribu ton ke 470 ribu ton.

Selain itu, kapasitas produksi Py-Gas juga bertambah dari 280 ribu ton menjadi 400 ribu ton. Sedangkan, Mixed C4 meningkat dari 220 ribu ton ke 315 ribu ton. Dengan adanya peningkatan kapasitas, maka kebutuhan bahan baku Naphtha pada tahun ini juga akan meningkat dari 1,8 juta ton menjadi 2,4 juta ton.

"Kami melakukan ekspansi karena permintaan di Indonesia tinggi. Sebagian besar produk kami dipakai untuk kebutuhan industri dalam negeri, hanya Py-Gas saja yang diekspor ke Thailand dan Singapura," kata Suryandi.

Suryandi menambahkan, peningkatan kapasitas produksi tersebut akan dilakukan secara bertahap. Nilai investasi untuk penambahan mesin baru tersebut mencapai 380 juta dolar AS. Suryandi mengatakan, saat ini Chandra Asri sedang melakukan penjajakan joint venture dengan Singapura untuk membangun kilang minyak di Indonesia. Dengan demikian, hal ini semakin mengukuhkan Chandra Asri sebagai industri petrokimia terintegrasi yang terbesar di Indonesia.

Baca juga: Harga Minyak Anjlok, Puluhan Perusahaan Migas Global Bangkrut

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement