REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Harga minyak dunia turun pada Senin (1/5/2023). Penurunan ini terimbas kegelisahan pelaku pasar atas prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang dikombinasikan dengan data manufaktur China yang lebih lemah dari kenaikan sebelumnya.
Seperti dilansir dari Reuters, harga minyak berjangka Brent untuk pengiriman Juli 2023 turun 0,7 persen menjadi 79,78 dolar AS per barel sedangkan acuan West Texas Intermediate (WTI) AS juga turun 0,7 persen menjadi 76,23 dolar AS per barel.
Data pengeluaran konsumen AS juga datar di bulan Maret karena peningkatan pengeluaran untuk jasa diimbangi oleh penurunan barang. Namun, tekanan inflasi yang terus menerus mendasari Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga lagi.
"Nada hawkish dari Fed dapat menekan energi dan logam," kata ANZ Research dalam catatan klien, dikutip Reuters.
Pertumbuhan ekonomi AS turut melambat lebih dari yang diharapkan pada kuartal pertama 2023. Percepatan belanja konsumen diimbangi oleh bisnis yang melikuidasi persediaan untuk mengantisipasi permintaan yang lebih lemah akhir tahun ini di tengah biaya pinjaman yang tinggi.
Sementara itu, indeks manufaktur China (PMI) turun menjadi 49,2 dari 51,9 pada bulan Maret. Data resmi menunjukkan pada Ahad (30/4/2023) tergelincir di bawah angka 50 poin yang memisahkan ekspansi dan kontraksi dalam aktivitas bulanan.
"Investor tetap berhati-hati di tengah sinyal ekonomi beragam. Minyak mentah Brent telah mengikuti pasar yang lebih luas dalam sesi terakhir, dengan banyaknya data ekonomi menciptakan lebih banyak ketidakpastian tentang prospek," kata catatan ANZ.
Pada Jumat (28/4/2023) pekan lalu, harga minyak sebagian besar sempat naik lebih dari 2 persen setelah perusahaan energi membukukan laba positif, dan data AS menunjukkan produksi minyak mentah menurun sementara permintaan bahan bakar meningkat.
Produksi minyak mentah AS turun pada Februari menjadi 12,5 juta barel per hari (bpd), terendah sejak Desember. Namun, permintaan bahan bakar naik menjadi hampir 20 juta barel per hari, tertinggi sejak November, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA).
Data EIA minggu lalu menunjukkan persediaan minyak mentah dan bensin AS turun lebih dari yang diperkirakan karena permintaan bahan bakar motor meningkat menjelang puncak musim mengemudi musim panas.