REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG - Menteri Pertanian Amran Sulaeman mengunjugi lokasi persawaan yang terdampak kekeringan di Desa Ketapang, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten. pada kunjungannya tersebut, Amran mengatakan, jika secara keseluruhan kekeringan sudah terjadi secara nasional.
Karena itu, kementrian pertanian mengaku sudah mengambil langkah cepat guna meminimalisir dampak elnino yang bisa menyebabkan puso atau gagal panen. “Kami sudah pantau, ada El Nino yang kita hadapi. Tapi kita tidak boeh tinggal diam, kita harus antisipasi untuk meminimalkan puso di seluruh Indonesia,” katanya, Kamis (13/8).
Namun, Amran juga mengatakan jika kekeringan ini hanya terjadi di bagian selatan katulistiwa yaitu pulau Bali, Jawa, Sulawesi, NTT, NTB. Sementara bagian utara khatulistiwa seperti pulau Kalimantan dan Sumatera terkecuali wilayah Lampung tidak mengalami kekeringan.
Karena, di wilayah Kalimantan dan Sumatera, lanjut Amran, jika terjadi musim kemarau seperti yang saat ini, justru menjadi rahmat bagi para petani, karena air di rawa-rawa surut dan bisa lahannya bisa ditanami padi. Sehingga menjadi waktu yang tepat untuk memproduksi.
Bahkan, ada seluas 2 juta hektare lahan pesawahan di Kalimantan dan 1 juta hektare pesawahan di Sumatera, saat ini bisa ditanami padi, karena kadar air yang menurun sehingga padi bisa ditanam.“Jumlahnya 3 juta hektar sawah yang bisa dioptimalkan,” ungkapnya.
Kementerian pertanian mengaku telah membentuk tim khusus untuk mengantisipasi kekeringan dan percepatan tanam bagi tanah yang tidak terkena el nino. Sehingga lahan yang berpotensi seperti di Kalimantan dan Sumatera bisa dioptimalkan.
Amran juga mengatakan, jika kekeringan ini bukan ancaman bagi pangan Indonesia, karena secara target nasional, Panen di Indonesia hingga Agustus saja sudah mencapai 76,3 persen.
“Artinya ini tidak bisa diganggu El Nino atau hama tikus, karena sudah ada di gudang sebanyak 76,3 persen. Sebentar lagi 80 persen, karena setiap hari ada masa panen dan tanam di seluruh Indonesia,” kata Amran.
Selain itu, menurut prediksi BMKG pada bulan November dan Desember pun sudah turun hujan. Sehingga masa tanam di wilayah kekeringan bisa kembali. “Yang kita bertahan adalah di September dan Oktober yang menjadi puncak kekeringan.”
Kekurangan tersebut diyakini akan tercapai. “Ini hanya kurang 15 persen. 15 persen ini di Banten saja hanya 200 hektar puso dari sekian puluh ribu lahan yang ada di Banten. Tentu masih banyak potensi panen,” katanya.
Khusus Banten, Amran juga mengatakan sudah memiliki solusi untuk menghadapi kekeringan. Jangka pendek akan memompa air dari embung yang masih memiliki air, sementara jangka menengah Amran mengatakan sudah berkomunikasi dengan BNPB untuk meminta hujan buatan.