Senin 24 Nov 2025 17:17 WIB

Pakar Sebut Demam LCGC Sudah Lewat, Kini Masyarakat Gandrungi Mobil EV Murah

Pangsa strategis di pasar urban semakin diambil alih low cost EV

Bagian interior Mobil BYD Atto 1 terlihat saat dipamerkan pada acara Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2025. Dinamika industri otomotif yang terus berkembang selama ini, membuat pergeseran minat beli masyarakat Indonesia juga menjadi berubah, dari maraknya pasar Low Cost Green Car (LCGC) sejak 2013, harus terhenti di dua tahun belakangan ini.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Bagian interior Mobil BYD Atto 1 terlihat saat dipamerkan pada acara Gaikindo Indonesia Internasional Auto Show (GIIAS) 2025. Dinamika industri otomotif yang terus berkembang selama ini, membuat pergeseran minat beli masyarakat Indonesia juga menjadi berubah, dari maraknya pasar Low Cost Green Car (LCGC) sejak 2013, harus terhenti di dua tahun belakangan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinamika industri otomotif yang terus berkembang selama ini, membuat pergeseran minat beli masyarakat Indonesia juga menjadi berubah, dari maraknya pasar Low Cost Green Car (LCGC) sejak 2013, harus terhenti di dua tahun belakangan ini.

Pakar Otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu meyakini pergeseran tersebut juga bakal terjadi dalam tahun-tahun mendatang, dari yang semula memuja kendaraan LCGC, bakal berubah haluan menjadi Low Cost EV (LCEV).

“Sementara pangsa strategis di pasar urban, perlahan-lahan bakal semakin diambil alih low cost EV dalam beberapa tahun ke depan,” kata Yannes Martinus Pasaribu pekan lalu.

Merujuk data yang dibagikan oleh Gabungan Industri kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO), pasar lCGC merosot cukup tajam hingga 34,8 persen jika dibandingkan dengan tahun lalu dari periode Januari hingga Oktober atau hanya berhasil tercatat sebanyak 97.556 unit pada tahun ini.

Sementara di segmen yang sama yakni Wholesales (dari pabrik ke dealer), tahun 2024 pasar LCGC tercatat mendapatkan pesanan hingga mencapai 49.583 unit. Yannes melanjutkan bahwa fenomena ini merupakan teguran yang nyata bagi produsen otomotif yang memasarkan kendaraan LCGC di Tanah Air, tidak bisa lagi berada di zona nyaman mereka.

Pasalnya, konsumen muda saat ini sangat memiliki konsentrasi penuh terkait harga, dan juga teknologi yang terkandung dalam kendaraan tersebut.

Datangnya ombak besar dari jenama asal China, juga turut memperparah kondisi pasar LCGC yang semenjak dua tahun ini memiliki catatan kurang memuaskan bagi industri dan juga perusahaan yang memasarkan model-model tersebut.

“Tren penurunan LCGC di Indonesia tidak bisa lagi dibaca hanya sebagai fluktuasi siklus pasar, tetapi sebagai sinyal kuat bergesernya aspirasi kelas menengah dari sekadar “mobil termurah” menjadi “mobil paling masuk akal” dalam hal nilai, citra, dan biaya operasional jangka panjang,” ujar dia.

Sehingga, konsumen di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Medan sampai Makassar, tren “low cost EV” sangat berpotensi untuk menggantikan peran LCGC yang saat ini mulai dilihat pasar sebagai kendaraan yang sudah tidak rendah lagi.

“Jika range harganya tetap stabil, ia (LCEV) akan menguat sebagai pilihan utama kelas menengah urban. Tetapi, pergeserannya terjadi bertahap dan tidak serta-merta,” lanjut dia.

Secara keseluruhan, penjualan kendaraan di Indonesia dari data Gaikindo menunjukkan tren yang meningkat untuk segmen Wholesales yang mencapai 74.020 unit atau meningkat 19,23 persen dari bulan sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement