REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG -- Industri otomotif Indonesia tengah menghadapi tantangan serius seiring pasar yang stagnan dan persaingan harga yang semakin meruncing. Masuknya merek-merek baru, khususnya dari Tiongkok, dengan strategi harga agresif, menjadi sorotan utama dalam Dialog Industri Otomotif Nasional yang digelar di sela-sela Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2025, ICE BSD, Tangerang.
Acara yang mengusung tema “Perang Harga vs Pembangunan Industri: Siapa Untung, Siapa Tertinggal?” ini diinisiasi oleh Indonesia Center for Mobility Studies (ICMS) dan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari perwakilan pabrikan otomotif, asosiasi GAIKINDO, pengamat industri, hingga jurnalis senior.
Ketua Umum ICMS, Munawar Chalil, menilai strategi perang harga memang terlihat menarik di awal, namun perlu ditinjau secara lebih menyeluruh terhadap dampaknya bagi keberlanjutan industri otomotif nasional.
“Perang harga mungkin terlihat menguntungkan dalam jangka pendek, namun perlu dikaji lebih jauh dampaknya terhadap industri dalam jangka panjang. Upaya kami adalah mencari solusi agar bisnis bisa berjalan secara adil dan berkesinambungan,” ujarnya.
Salah satu poin penting yang dibahas dalam dialog ini adalah perlunya intervensi kebijakan pemerintah untuk mendorong daya beli masyarakat. Skema insentif, seperti yang diterapkan pada masa pandemi COVID-19, dinilai bisa menjadi opsi agar industri tetap hidup. Apalagi, industri otomotif menopang sedikitnya 1,5 juta tenaga kerja di Indonesia.
Sekretaris Umum GAIKINDO, Kukuh Kumara, menegaskan kondisi stagnan dalam industri otomotif sudah berlangsung selama lebih dari satu dekade, bahkan penjualan kendaraan tercatat menurun dalam tiga tahun terakhir.
“Kondisi ini memicu persaingan harga yang tidak sehat dan bisa berdampak pada ekosistem industri secara keseluruhan. Ini tidak boleh dibiarkan,” kata Kukuh.
Dialog juga menyoroti pentingnya media massa dalam menyampaikan narasi yang tidak hanya fokus pada diskon atau perang harga semata, tetapi juga menyangkut keberlanjutan industri, penciptaan lapangan kerja, dan penguatan rantai pasok lokal.
Dalam sesi diskusi, sejumlah panelis turut memberikan perspektif dan masukan. Di antaranya adalah Resha Kusuma Atmaja dari PT Toyota Astra Motor, Shodiq Wicaksono dari PT Suzuki Indomobil Motor, serta dua pengamat otomotif nasional, Jannes M. Pasaribu dan James Luhulima.
ICMS berharap hasil dialog ini dapat mendorong terbentuknya kebijakan dan praktik industri yang lebih berkeadilan, berorientasi jangka panjang, dan memberikan kontribusi nyata terhadap perekonomian nasional.