Selasa 28 Apr 2015 15:08 WIB

Pemerintah Anggarkan Rp 600 M untuk Revitalisasi Penggilingan Gabah

Rep: Sonia Fitri/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Mentan Andi Amran Sulaiman didampingi Bupati Ngawi Budi Sulistyono (kanan) melihat traktor yang dibagikan Presiden Joko Widodo.
Foto: Antara
Mentan Andi Amran Sulaiman didampingi Bupati Ngawi Budi Sulistyono (kanan) melihat traktor yang dibagikan Presiden Joko Widodo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah seperti "habis-habisan" menyediakan anggaran untuk agenda swasembada pangan. tak hanya penyediaan alat mesin pertanian (alsintan), pemerintah juga menganggarkan Rp 600 Miliar untuk revitalisasi penggilingan gabah.

"Tahun lalu, alokasi untuk revitalisasi hanya Rp 41 Miliar saja, sekarang jauh lebih besar kareka kita ingin menekan rendemen hingga lima persen," kata Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman seusai membuka acara Rakernas Perpadi pada Selasa (28/4). Dengan menekan rendemen lima persen, ia ingin loses atau kehilangan beras ketika penggilingan berkurang pesat.

Di mana, dari loses 3,3 juta ton, anggaran Rp 600 Miliar dapat menyelamatkan satu juta ton. Jika berhasil, Mentan janji anggaran revitalisasi akan ditambah di tahun berikutnya.

Sebelumnya, dalam upaya meningkatkan daya saing di bidang produksi padi dan beras, salah satu hal penting yang jadi sorotan pemerintah yakni masalah penggilingan beras. Sebab, penggilingan merupakan praktik rill dari apa yang telah dikerjakan di sawah, dari gabah menuju beras.

 

Kepala Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian Rudy Tjahjohutomo menyebut, swasembada pangan khususnya di bidang beras harus diperhatikan dari hulu ke hilir. Misalnya, dalam hal budidaya, pembenihan, pemberantasan hama, termasuk ketika tanaman itu akan dikonsumsi dalam bentuk beras. Swasembada pangan, lanjut dia, bukan hanya membahas gabah kering giling, tapi beras secara utuh.

Menyoroti penggilingan, Rudy menjelaskan bahwa tinggi rendahnya rendemen beras bergantung dari cara melakukan penggilingan padi. Berdasarkan data Balitbang, idelanya susut di penggilingan gabah satu kwintal pasca digiling memeroleh beras sekitar 65 persen. Tak jauh dari standar  bulog yang menetapkannya sebesar 62 persen.

Namun, kenyataan di lapangan, terutama di tempat penggilingan padi kecil, hasil susut gabah setelah digiling hanya mencapai 56-57 persen beras saja. “Jadi selisih rendemennya itu 10 persen,” katanya. yang lebih mengkhawatirkan, jumlah penggilingan padi kecil itu yakni sebanyak 60-70 persen atau sebanyak 160 ribuan dari total penggilingan padi yang jumlahnya sekitar 180 ribu unit.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement