Sabtu 28 Mar 2015 17:28 WIB

Bank Mandiri Luncurkan Pelayanan Laku Pandai

Rep: C87/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Nasabah membeli kartu e-money menggunakan e-money vending machine di Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (24/3).
Foto: Republika/Prayogi
Nasabah membeli kartu e-money menggunakan e-money vending machine di Bank Mandiri, Jakarta, Selasa (24/3).

REPUBLIKA.CO.ID, GOWA --- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meresmikan pembukaan layanan Laku Pandai di Pasar Burung-Burung, Gowa, Sulawesi Selatan, Sabtu (28/3). Peresmian tersebut dilakukan oleh Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, serta hadiri oleh Sekretaris Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Abdul Latif, Bupati Gowa Ichsan Yasin Limpo, dan Direktur Utama Bank Mandiri Budi G Sadikin.

Budi G Sadikin mengatakan pembukaan layanan Laku Pandai bertujuan mendorong akses layanan keuangan yang merata bagi masyarakat Indonesia. Sebab, saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum tersentuh layanan perbankan.

Berdasarkan riset Mandiri Institute, dari total populasi Indonesia yang mencapai 249 juta jiwa pada 2013, sebanyak 48 persen penduduk belum memiliki akses layanan keuangan. Selain itu, baru 20 persen masyarakat yang berusia di atas 15 tahun memiliki rekening di institusi keuangan formal. Jumlah tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan Malaysia yang telah mencapai 66 persen dan Thailand 73 persen.

Menurutnya, akses layanan keuangan yang rendah dapat menyebabkan kontribusi sektor finansial pada pertumbuhan ekonomi Indonesia juga rendah. Hal itu terlihat pada rasio kredit terhadap GDP tercatat sebesar 36 persen, dibandingkan dengan Malaysia 122 persen dan Thailand 103 persen. Sementara rasio simpanan atas GDP tercatat sebesar 39 persen, dibandingkan Malaysia yang tercatat 147 persen.

"Inklusi keuangan merupakan topik yang penting bagi Indonesia, karena peningkatan akses terhadap layanan keuangan dapat mendorong pertumbuhan yang lebih inklusif. Laku pandai merupakan sarana yang efisien untuk meningkatkan akses keuangan kepada masyarakat," jelas Budi dalam acara tersebut.

Melalui layanan laku pandai, lanjutnya, masyarakat tidak perlu datang ke kantor cabang bank untuk membuka rekening. Melainkan cukup datang ke agen-agen bank seperti warung, toko kelontong, dan lainnya yang telah ditunjuk bank. Sehingga, biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah karena kedekatan jarak dengan agen.

Budi menilai peluang terciptanya keuangan inklusif di Indonesia cukup besar. Karena dukungan penetrasi teknologi komunikasi yang telah masuk ke hampir seluruh segmen masyarakat, termasuk segmen unbanked. "Saat ini, sekitar 280 juta SIM Card telah beredar di masyarakat," imbuhnya.

Sejak 2013, Bank Mandiri telah melakukan ujicoba layanan branchless banking untuk mendukung perluasan akses layanan keuangan. Kemudian, Bank Mandiri menjadi bank peserta ujicoba penyaluran bantuan pemerintah melalui agen bank dengan menggunakan uang elektronik Mandiri e-cash pada Oktober 2014.

Jumlah pengguna Mandiri e-cash termasuk penerima bantuan pemerintah, mencapai sekitar 1 juta nasabah. Saat ini, jumlah agen Laku Pandai mencapai 391 agen. Bank Mandiri menargetkan jumlah agen Laku Pandai mencapai 9 ribu orang di seluruh Indonesia pada akhir 2015.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement