Ahad 23 Nov 2025 18:51 WIB

Buyback Bank Mandiri Dianggap Sinyal Kuat Kepercayaan Diri Manajemen

Analis menilai valuasi murah dan fundamental kuat jadi dasar strategi buyback.

Kebijakan pembelian kembali saham atau buyback yang dilakukan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dinilai menjadi sinyal kuat atas keyakinan manajemen terhadap fundamental perusahaan. (ilustrasi)
Foto: Bank Mandiri
Kebijakan pembelian kembali saham atau buyback yang dilakukan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dinilai menjadi sinyal kuat atas keyakinan manajemen terhadap fundamental perusahaan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebijakan pembelian kembali saham atau buyback yang dilakukan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dinilai menjadi sinyal kuat atas keyakinan manajemen terhadap fundamental perusahaan dan prospek jangka panjang industri perbankan nasional.

Langkah tersebut juga dipandang positif oleh kalangan analis karena mencerminkan pandangan valuasi saham perseroan sudah terlalu murah. Associate Director BUMN Research Group Lembaga Management Universitas Indonesia (LMUI) Toto Pranoto menilai aksi buyback BMRI merupakan keputusan strategis yang tepat di tengah kondisi pasar saham yang cenderung fluktuatif.

Baca Juga

Menurutnya, langkah tersebut menunjukkan manajemen melihat potensi undervaluation saham dan berupaya memperkuat nilai pemegang saham. “Kebijakan buyback BMRI cukup baik. Hal itu mengindikasikan bahwa manajemen melihat harga saham sudah terlalu murah dan perlu langkah buyback. Bagi investor, ini bisa dipandang sebagai langkah bagus karena ada harapan peningkatan EPS (earnings per share) ke depan,” ujarnya, seperti dalam siaran pers.

Toto menambahkan prospek Bank Mandiri juga didukung oleh perbaikan indikator keuangan dan dorongan program pembangunan pemerintah, mulai dari proyek infrastruktur, hilirisasi mineral, hingga pengembangan energi terbarukan. “Prospek ke depan BMRI cukup baik, apalagi juga sudah di-inject Rp200 triliun oleh Kementerian Keuangan. Tinggal bagaimana proses analisis proyek dilakukan lebih tajam agar NPL bisa ditekan,” lanjutnya.

Manajemen Bank Mandiri sebelumnya mengumumkan pelaksanaan program buyback senilai Rp1,17 triliun yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada Maret 2025. Dana tersebut akan berasal dari kas internal perseroan dan digunakan untuk menjaga kepercayaan investor terhadap prospek jangka panjang saham BMRI.

Direktur Finance & Strategy Bank Mandiri Novita Widya Anggraini mengatakan buyback tersebut menjadi bentuk nyata keyakinan manajemen terhadap kekuatan model bisnis perseroan. “Buyback tersebut menjadi sinyal kepercayaan manajemen perseroan terhadap kekuatan model bisnis dan nilai jangka panjang Bank Mandiri,” ujarnya.

Selain memperkuat nilai pemegang saham, saham hasil buyback juga disiapkan untuk mendukung program kepemilikan saham pegawai (Employee Stock Ownership Program/ESOP), sebagai wujud konsistensi manajemen dalam menjaga tata kelola yang berkelanjutan.

Dari sisi kinerja, Bank Mandiri mencatat pertumbuhan pendapatan nonbunga (fee-based income) yang terus menguat dengan kontribusi terhadap total pendapatan mencapai 32 persen. Pertumbuhan tersebut didorong oleh sektor digital banking dan treasury, yang masing-masing tumbuh 11 persen dan 10 persen secara bulanan (month-to-month/MoM). “Kami terus memperkuat fundamental keuangan yang berkelanjutan melalui diversifikasi sumber pendapatan, penguatan digital banking, serta efisiensi biaya yang terukur,” kata Novita.

Hingga September 2025, penyaluran kredit konsolidasi Bank Mandiri mencapai Rp1.764 triliun dan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 1.884 triliun, keduanya tumbuh di atas rata-rata industri. Di saat yang sama, rasio kredit bermasalah (NPL) tetap terjaga di level rendah 1,03 persen, jauh lebih baik dari rata-rata industri.

Menurut Novita, pencapaian tersebut mencerminkan kemampuan Bank Mandiri menjaga keseimbangan antara ekspansi bisnis dan prinsip kehati-hatian. “Kami melihat momentum pertumbuhan tersebut sebagai bukti solidnya fundamental dan strategi yang kami jalankan. Ke depan, kami akan terus memperkuat peran Bank Mandiri dalam menciptakan nilai tambah bagi perekonomian nasional, sejalan dengan semangat Sinergi Majukan Negeri,” ujarnya.

Di tengah prospek ekonomi domestik yang masih ekspansif dan fokus pemerintah pada pembangunan infrastruktur serta hilirisasi industri, Bank Mandiri dinilai akan tetap menjadi salah satu emiten perbankan dengan prospek pertumbuhan paling menarik pada 2026. “Buyback tersebut tidak hanya menegaskan kepercayaan manajemen terhadap fundamental BMRI, tetapi juga memberikan keyakinan kepada investor potensi kinerja bank masih sangat besar,” tutur Toto.

Dengan fundamental yang kokoh, likuiditas tinggi, dan strategi ekspansi yang sejalan dengan agenda pembangunan nasional, BMRI diyakini akan tetap menjadi magnet utama bagi investor domestik maupun asing dalam sektor perbankan Tanah Air.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement