REPUBLIKA.CO.ID,BELEM -- MIND ID Group menyatakan kesiapan Indonesia melakukan transformasi industri nikel hijau lewat forum Konferensi Perubahan Iklim Dunia, COP30. BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia menempatkan ajang global tersebut sebagai momentum penting untuk menunjukkan kemampuan negara membangun rantai pasok mineral kritis rendah emisi yang berdaya saing internasional.
PT Vale Indonesia Tbk, sebagai bagian dari MIND ID, menyampaikan bahwa penguatan posisi Indonesia dalam pasar mineral kritis tidak hanya ditentukan oleh besarnya cadangan nikel, tetapi oleh kualitas pengelolaan industri yang selaras dengan prinsip lingkungan dan dekarbonisasi. Industri yang beroperasi dengan emisi rendah dinilai semakin menjadi penentu daya saing dalam ekosistem kendaraan listrik dan baterai global.
Dalam diskusi panel COP30, Director and Chief Sustainability and Corporate Affairs Officer PT Vale Indonesia Tbk, Budi Awansyah, menegaskan perlunya standar operasi yang kuat untuk menjawab tuntutan pasar internasional. Ia menyebut cadangan yang besar tidak otomatis menjamin pengaruh Indonesia di rantai pasok, sebab yang lebih dibutuhkan adalah cara industri dikelola.
“Kontribusi Indonesia tidak bisa hanya diukur dari besarnya cadangan mineral kritis,” ujar Budi, dikutip Ahad (23/11/2025).
Ia menerangkan Indonesia memiliki lebih dari 40 persen cadangan nikel dunia, yang menempatkannya sebagai pusat strategis dalam rantai pasok kendaraan listrik. Ia menilai persepsi publik terhadap industri tambang masih dipengaruhi kekhawatiran terkait perubahan bentang alam. Kondisi tersebut menjadikan transformasi industri hijau sebagai keharusan yang dijalankan dengan konsistensi dan pengawasan ketat.
Di hadapan peserta COP30, Budi memaparkan bahwa smelter merupakan salah satu sumber emisi terbesar dalam industri ekstraktif. Ia menekankan perlunya operasi rendah karbon, efisiensi energi, dan tata kelola yang lebih ketat untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam ekosistem mineral kritis.
PT Vale Indonesia Tbk menjalankan berbagai langkah dekarbonisasi melalui penggunaan energi bersih seperti hydropower, optimalisasi panas buangan, efisiensi smelter, serta pemanfaatan gas CO dan hidrogen. Perusahaan juga mencatat capaian lingkungan terukur, di antaranya penggunaan air sebesar 8.498,94 megaliter dengan intensitas 0,12 megaliter per ton nikel serta pemanfaatan 510 meter kubik air daur ulang pada fasilitas Lamella Gravity Settler untuk memproduksi larutan ferrousulfat.
Dari sisi pengelolaan limbah, Vale memanfaatkan kembali 1.453 ton limbah B3 dan 377.964 ton slag non-B3 menjadi material konstruksi serta lapisan jalan tambang. Konsistensi tersebut mengantarkan perusahaan meraih PROPER Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai satu-satunya perusahaan tambang nikel terintegrasi dengan penghargaan tertinggi pada 2024.
“Pemanfaatan air daur ulang dan pengelolaan limbah yang bertanggung jawab menjadi bukti bahwa transformasi rendah karbon sudah berjalan,” kata Budi.
Dalam pemaparannya, Budi menyinggung capaian skor keberlanjutan Vale yang turun menjadi 23,7, skor terendah dalam sejarah operasional smelter global. Ia menilai capaian tersebut mencerminkan penerapan dekarbonisasi secara nyata dan selaras dengan visi MIND ID untuk menjadikan Indonesia pemimpin kawasan dalam industri nikel hijau.
Melalui COP30, MIND ID kembali menekankan bahwa kekuatan Indonesia dalam mineral kritis berada pada kemampuannya membangun rantai pasok berstandar internasional yang mendukung target Net Zero Emission dan Nationally Determined Contribution (NDC). Forum tersebut memperkuat pesan bahwa Indonesia siap melangkah lebih jauh sebagai negara yang tidak hanya kaya sumber daya, tetapi juga siap memimpin pasar mineral kritis dunia lewat teknologi rendah karbon dan integrasi ekosistem nikel hijau yang lebih kuat.