Selasa 18 Sep 2012 12:53 WIB

Kegagalan CPO Akibat Kelemahan Negosiasi

Rep: m iqbal/ Red: M Irwan Ariefyanto
CPO
CPO

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Tidak hanya DPR, pengamat dan LSM yang kecewa terhadap Pemerintah Indonesia yang gagal memasukkan minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) sebagai produk ramah lingkungan (environmental goods) dalam Konferensi Tingkat Tinggi Forum Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), 8-9 September 2012 lalu. Produsen CPO pun mengaku kecewa.

Sekjen Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Joko Supriyanto mengaku prihatin dengan kegagalan ini. Menurut dia, kegagalan itu bukan hanya menjadi keprihatinan kalangan pengusaha, melainkan seluruh masyarakat Indonesia. Sebab, industri CPO merupakan industri yang melibatkan hajat hidup orang banyak dan menjadi penyumbang devisa terbesar dari sektor nonmigas. `'Kita semua harus prihatin karena ini merupakan industri unggulan Indonesia,'' ujar Joko.

Joko mengatakan, berdasarkan penelitian sejumlah ahli dari Institut Pertanian Bogor (IPB), industri CPO telah memenuhi standar, bahkan me - lampaui penurunan emisi karbon.`'Jadi, sebenarnya ini masalah negosiasi. Dengan Amerika Serikat dan mitra dagang lainnya,'' tegas Joko.

Terkait minimnya kapabilitas negosi- ator Indonesia dalam KTT APEC lalu, Joko enggan berkomentar. Menurut Joko, kalangan pelaku usaha berupaya maksimal meyakin - kan produk CPO Tanah Air ramah lingkungan kepada Amerika Serikat melalui koordinasi dengan Badan Perlindungan AS (EPA). `'Saya tidak tahu apakah hasilnya dipakai pemerintah atau tidak,'' kata dia.

Sebelumnya, kegagalan CPO masuk sebagai produk ramah lingkungan tak lepas dari tudingan sejumlah negara (AS, Australia, dan Kanada) yang menyebut industri CPO Indonesia merupakan industri tidak ramah lingkungan. Joko membantah tudingan tersebut.

Menurutnya, limbah industri CPO Indonesia bersifat zero wastekarena merupakan hasil dari proses reuse limbah yang dihasilkan. Selain tudingan tidak ramah lingkungan, sebelumnya Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menyebut hambatan lain yang membuat CPO gagal masuk sebagai produk ramah lingkungan adalah ganjalan teknis berupa perbedaan penurunan emisi karbon.

Sampai akhir tahun ini, Gapki menargetkan volume ekspor CPO mencapai 18 juta ton. Oil World menyebut kenaikan volume ekspor Indonesia tak lepas dari peningkatan volume pro- duksi yang diperkirakan tumbuh 6,2 persen.

Pada 2011, volume ekspor mencapai 17,07 juta ton atau meningkat dibandingkan volume pada 2010 sebesar 16,45 juta ton. Kemudian, volume produksi CPO pada 2011 mencapai 24,10 juta ton atau meningkat dari volume produksi 2010 sebesar 22,10 juta ton. Sebelumnya, pengamat, DPR, dan LSM kecewa Indonesia gagal memperjuangkan CPO ke KTT APEC.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement