Rabu 17 Jan 2024 13:45 WIB

Gapki: Ekspor CPO Sumut 2,6 Miliar Dolar AS Sampai September 2023

sawit masih menjadi penopang penting perekonomian Sumatra Utara.

Pekerja memindahkan buah sawit yang baru dipanen dari truk kecil ke truk yang lebih besar di perkebunan sawit di Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, 23 Mei 2022.
Foto: EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
Pekerja memindahkan buah sawit yang baru dipanen dari truk kecil ke truk yang lebih besar di perkebunan sawit di Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia, 23 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Cabang Sumatra Utara, Timbas Prasad Ginting mengatakan, nilai ekspor minyak sawit mentah (CPO) Sumut mencapai 2,6 miliar dolar AS pada Januari-September 2023.

"Pada kuartal III 2023, kontribusi CPO untuk ekspor Sumut mencapai 35,4 persen," ujar Timbas dalam acara "Sumut Economic Outlook 2024" di Medan, Sumut, kemarin.

Baca Juga

Dia melanjutkan, nilai ekspor CPO Januari-September 2023 itu mendekati nilai ekspor CPO sepanjang 2022 yakni 4,1 miliar dolar AS. Nilai itu memperlihatkan fakta bahwa sawit masih menjadi penopang penting perekonomian Sumatra Utara.

Bahkan, dia menyebut, penyerapan tenaga kerja di rantai pasok industri sawit Sumut lebih dari dua juta orang atau 12 persen dari total nasional. "Perusahaan perkebunan juga bermitra dengan masyarakat untuk mempercepat program peremajaan sawit rakyat (PSR) dan pemberdayaan UMKM," kata Timbas.

Dia memaparkan, di Sumut, ada 14 kabupaten hang menjadi sentra produksi kelapa sawit yaitu Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Labuhanbatu, Labuhanbatu Selatan, Labuhanbatu Utara, Asahan, Batubara, Tapanuli Selatan, Padang Lawas, Padang Lawas Utara, Mandailing Natal dan Tapanuli Tengah.

Luas tutupan sawit Sumatra Utara mencakup 12,7 persen luas tutupan sawit nasional. Pada 2021, perkebunan sawit besar di Sumut memiliki luas sekitar 1,3 juta hektare dan perkebunan sawit rakyat 771 ribu hektare.

Timbas menegaskan, saat ini salah satu hal yang diperlukan industri sawit di Indonesia adalah akselerasi hilirisasi untuk agar produk sawit lebih beragam. Dia pun yakin hal itu bisa terus dikembangkan lantaran konsumsi domestik komoditas sawit seperti minyak goreng, oleokimia serta program biodiesel B35 dan B40 terus meningkat. Dengan begitu, Timbas optimistis perekonomian terus membaik karena pabrik-pabrik pengolahan baru akan muncul

"Industri sawit sangat mendukung pengembangan hilirisasi untuk domestik dan ekspor ini. Apalagi ekspor minyak sawit di Indonesia kini didominasi produk olahan, hanya tujuh sampai 10 persen dalam bentuk CPO," tutur Timbas.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement