REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kinerja ekspor minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) turun drastis 26,48 persen pada Februari 2024.
Dalam paparan yang disampaikan Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Eddy Martono, dari total ekspor CPO 2.810 ribu ton pada Januari 2024 turun menjadi 2.166 ribu ton pada Februari 2024.
"Ekspor year on year minus 2,15 persen, stok akhir 2024 ini sampai dengan Februari 7,49 persen, kemudian di 2023 yoy positif 17,87 persen jadi masih pengaruh waktu itu terjadi pelarangan ekspor," ujar Eddy dalam paparan kinerja industri sawit di Jakarta, Selasa (30/4/2024).
Volume penurunan terbesar terjadi pada olahan CPO dari 1.933 ribu ton menjadi 1.495 ribu ton atau turun 438 ribu ton, diikuti dengan CPO dari 367 ribu ton menjadi 152 ribu ton dan oleokimia dari 393 ribu ton menjadi 364 ribu ton, dan ekspor olahan PKO naik dari 106 ribu ton menjadi 129 ribu ton.
"Akibat dari penurunan volume yang besar tersebut, nilai ekspor bulan Februari hanya mencapai 1.808 juta dolar AS atau turun dari 2.304 juta dolar AS pada bulan Januari, meskipun harga CPO cif Rotterdam naik dari 958 dolar AS per ton menjadi 965 dolar AS per ton," kata dia.
Eddy mengatakan, volume ekspor yang turun dari Januari ke Februari ini yang terbesar terjadi untuk tujuan India yakni sebesar 287 ribu ton atau turun 54,45 persen dari 527 ribu ton menjadi 240 ribu ton. Kemudian penurunan disusul tujuan Pakistan sebesar 97 ribu ton atau turun dari 284 ribu ton menjadi 187 ribu ton atau minus 34,15 persen.
Selanjutnya, tujuan Afrika turun sebesar 91 ribu ton atau turun dari 639 ribu ton menjadi 548 ribu ton. Setelah itu, China turun sebesar 49 ribu ton atau turun dari 375 ribu ton menjadi 326 ribu ton, dan Bangladesh sebesar 43 ribu ton atau turun dari 77 ribu ton menjadi 34 ribu ton, serta Uni Eropa turun sebesar 27 ribu ton dari 368 ribu ton menjadi 341 ribu ton.