Ahad 11 Mar 2012 14:25 WIB

Krisis Masih Menghantui, Pengusaha Takut Berkredit di Bank

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN - Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Sumatera Utara mengaku pengusaha daerah itu masih ragu untuk menambah investasi khususnya menggunakan dana perbankan karena dampak krisis ekonomi di AS dan Eropa yang masih dirasakan.

"Laporan dari anggota asosiasi,pengusaha ragu berinvestasi baru atau sekadar menambah modal apalagi dengan dana bank karena perdagangan yang masih sangat fluktuatif dampak krisis di AS dan Eropa,"kata Ketua Apindo Sumut, Parlindungan Purba, di Medan, Ahad (11/3).

Padahal, kata dia, pengusaha sangat ingin memanfaatkan pinjaman bank dengan suku bunga yang turun meski belum sekencang penurunan BI rate, Muda-mudahan, pasar ekspor membaik sehingga pengusah berani menambah investasi sehingga bisnis perbankan juga bergairah.

Parlindungan mengakui, meski dampak krisis dirasakan, pengusaha masih terus mencoba bertahan dengan melakukan efisiensi di berbagai bidang dan mencari pasar baru. Keinginan kuat pengusaha untuk bertahan, terindikasi dengan adanya data terjadinya penguatan impor bahan baku penolong.

Data di Badan Pusat Statistik (BPS), kata dia, impor bahan baku di Januari 2012 mencapai 235,931 juta dolar AS atau naik 16,19 persen dari periode sama 2011 yang masih 203,064 juta dolar AS.

Kepala Bidang Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) Medan, Mikael Budisatrio, mengakui, adanya tren penurunan penyalurana kredit perbankan pada Januari 2012 dibandingkan di posisi Desember 2011.

Pada Januari 2012, penyaluran kredit sebesar Rp 105,07 triliun dari Desember 2011 yang sudah Rp 106,55 triliun. "Diakui ada pelambatan penyaluran kredit di awal tahun 2012, tetapi BI memperkirakan bersifat sementara karena manajemen perusahaan masih melakukan evaluasi pasar," katanya.

Keoptmiisman terjadi peningkatan kembali penyaluran kredit itu, kata Mikael, mengau pada fakta bahwa penyaluran kredit di Januari 2012 itu naik cukup besar atau 18,21 persen bila dibandingkan Janauari 2011 yang masih Rp 88,88 triliun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement