REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perbaikan iklim bisnis dan infrastruktur merupakan kunci penting untuk menarik minat investor asing membenamkan modal dan memancing capital inflow. Demikian disampaikan oleh Ekonom Kepala Bank Dunia untuk Kawasan Asia Timur dan Pasifik, Vikram Nehru, di Tokyo melalui teleconference kepada wartawan di Jakarta, Selasa (19/10).
"Melihat apa yang Thailand dan Vietnam lakukan hingga bisa pulih lebih cepat pascakrisis global 2008, itu karena iklim bisnis infrastruktur di negara mereka mendukung terciptanya investasi. Itu karena infrastruktur mereka yang sangat baik," katanya.
Saat ini, Vikram melihat perbaikan ekonomi di kawasan Asia Timur dan Pasifik berlangsung sangat kuat. Sehingga, lanjutnya, tidak heran capital inflow yang melonjak dengan pesat. Namun, ia mengungkapkan bahwa Thailand, Vietnam dan Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dibandingkan Indonesia.
Kendatipun kawasan Asia Timur dan Pasifik, termasuk Indonesia, mulai berangsur pulih perekonomiannya, tapi hal ini bisa mendatangkan risiko tersendiri, seperti arus modal yang melonjak pesat. "Dengan didorong oleh likuiditas global yang melimpah untuk mendapatkan hasil serta digabungkan dengan pengharapan akan pertumbuhan yang lebih kuat di kawasan menjadikan capital inflow melonjak dengan pesat di tahun ini. Derasnya capital inflow juga telah membantu apresiasi nilai tukar dan meningkatkan harga aset," urai Vikram.
Untuk itu, ia mengimbau agar upaya-upaya stimulus di kawasan Asia Timur dan Pasifik dikurangi. Sementara itu, ujar Vikram, pemerintah perlu menanggapi kesenjangan infrastruktur. Selain itu, pemerintah juga perlu menjaga jaring pengaman sosial untuk melindungi masyarakat miskin, menyediakan perlindungan yang sesuai untuk menghadapi prospek perekonomian negara maju yang lemah.
"Dengan semakin menguatnya pemulihan ekonomi di kebanyakan negara Asia Timur, maka upaya-upaya stimulus dikurangi. Kekurangan fiskal, masih tetap lebih tinggi dibandingkan sebelum krisis," jelasnya.