REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX), Taufan Dimas Hareva, mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah turut dipengaruhi sikap The Fed yang belum terburu-buru menurunkan suku bunga Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan di Jakarta, Rabu, melemah 12 poin atau 0,07 persen menjadi Rp 16.688 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.676 per dolar AS.
“Pasar masih menangkap sinyal kuat dari hasil FOMC (Federal Open Market Committee). Nada The Fed yang belum yakin untuk buru-buru menurunkan suku bunga membuat dolar tetap menjadi magnet bagi pelaku pasar, sehingga tekanan ke mata uang emerging markets, termasuk rupiah, cukup memberi dampak penurunan,” ujarnya di Jakarta, Rabu (10/12/2025).
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia hari ini juga melemah ke level Rp 16.688 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.677 per dolar AS.
Di sisi domestik, pelaku pasar dinilai lebih berhati-hati karena terdapat beberapa faktor yang membuat rupiah kurang memiliki “benteng tebal”.
Defisit fiskal yang melebar, kebutuhan impor energi yang meningkat, dan arus modal asing yang belum stabil dinilai membuat rupiah tidak memiliki banyak ruang untuk menguat.
“BI tetap aktif menjaga stabilitas, tapi sentimen global yang dominan membuat pergerakan rupiah hari ini lebih ditentukan oleh arah dolar ketimbang dinamika ekonomi dalam negeri,” kata Taufan.