Selasa 09 Dec 2025 14:54 WIB

Harga Minyak Melemah, Pasar Tunggu Perundingan Damai Ukraina dan Keputusan Suku Bunga AS

Sentimen damai Ukraina dan kebijakan Fed membuat pasar minyak bergerak hati-hati.

Ilustrasi kilang minyak. Harga minyak mentah Brent berjangka turun 7 sen atau 0,1 persen menjadi 62,42 dolar AS per barel pada pukul 07.17 GMT.
Foto: dok freepik
Ilustrasi kilang minyak. Harga minyak mentah Brent berjangka turun 7 sen atau 0,1 persen menjadi 62,42 dolar AS per barel pada pukul 07.17 GMT.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga minyak sedikit melemah pada Selasa (9/12/2025), melanjutkan pelemahan setelah turun 2 persen pada sesi sebelumnya. Pasar terus memantau perundingan damai untuk mengakhiri perang Rusia–Ukraina, kekhawatiran pasokan yang melimpah, dan keputusan suku bunga AS yang akan datang.

Harga minyak mentah Brent berjangka turun 7 sen atau 0,1 persen menjadi 62,42 dolar AS per barel pada pukul 07.17 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di 58,75 dolar AS, turun 13 sen atau 0,2 persen.

Baca Juga

Kedua kontrak turun lebih dari 1 dolar AS per barel pada Senin setelah Irak memulihkan produksi di ladang minyak West Qurna 2 milik Lukoil, salah satu yang terbesar di dunia.

Ukraina akan membagikan rencana perdamaian yang telah direvisi kepada AS setelah perundingan di London antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dan para pemimpin Prancis, Jerman, serta Inggris.

“Harga minyak berada dalam kisaran perdagangan yang ketat hingga kita mendapatkan gambaran lebih baik tentang arah perundingan damai ini,” ujar Kepala Analis Pasar KCM Trade, Tim Waterer.

“Jika perundingan gagal, kami memperkirakan harga minyak akan naik. Tetapi jika ada kemajuan dan pasokan Rusia ke pasar energi global kembali pulih, harga diperkirakan turun,” tambahnya.

Menurut sumber yang mengetahui pembahasan tersebut, negara-negara G7 dan Uni Eropa sedang dalam perundingan untuk mengganti batas harga ekspor minyak Rusia dengan larangan penuh layanan maritim guna menekan pendapatan minyak Rusia.

Sejumlah analis juga memantau petunjuk mengenai pasokan dalam laporan Badan Energi Internasional (IEA) berikutnya.

“Pendorong pasar berikutnya kemungkinan besar adalah laporan pasar minyak bulanan IEA untuk Desember yang dirilis pada 11 Desember, yang sebelumnya memprediksi surplus rekor pada pasar minyak tahun 2026,” kata Analis Pasar Senior OANDA, Kelvin Wong.

sumber : REUTERS
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement