Rabu 10 Dec 2025 14:33 WIB

BI Prakirakan Kinerja Penjualan Eceran November 2025 Meningkat

Sektor budaya, rekreasi, dan makanan mencatat kenaikan signifikan dalam survei BI.

Pengunjung berbelanja di salah satu supermarket di Jakarta, Jumat (14/8/2025). Berdasarkan pantauan Republika, stok beras premium ukuran 5 kilogram di sejumlah ritel di kawasan Jakarta Selatan masih langka. Menurut pekerja, kelangkaan tersebut disebabkan oleh belum adanya distribusi beras premium imbas dari isu beras premium oplosan. Sementara di sejumlah ritel terdapat imbauan pembatasan maksimal jumlah pembelian beras premium. Pemerintah mengimbau penjualan beras yang tidak sesuai mutu untuk menurunkan harga ke bawah HET yang berlaku yakni Rp14.900 per kilogram atau Rp74.500 per lima kilogram.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pengunjung berbelanja di salah satu supermarket di Jakarta, Jumat (14/8/2025). Berdasarkan pantauan Republika, stok beras premium ukuran 5 kilogram di sejumlah ritel di kawasan Jakarta Selatan masih langka. Menurut pekerja, kelangkaan tersebut disebabkan oleh belum adanya distribusi beras premium imbas dari isu beras premium oplosan. Sementara di sejumlah ritel terdapat imbauan pembatasan maksimal jumlah pembelian beras premium. Pemerintah mengimbau penjualan beras yang tidak sesuai mutu untuk menurunkan harga ke bawah HET yang berlaku yakni Rp14.900 per kilogram atau Rp74.500 per lima kilogram.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melalui Survei Penjualan Eceran (SPE) memprakirakan kinerja penjualan eceran meningkat pada November 2025, tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) yang sebesar 222,1 atau tumbuh 5,9 persen secara tahunan (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya.

“Indeks Penjualan Riil (IPR) November 2025 diprakirakan tumbuh sebesar 5,9 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 4,3 persen (yoy),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan penjualan mayoritas kelompok, terutama perlengkapan rumah tangga lainnya dengan IPR yang tumbuh 4,0 persen yoy setelah mengalami kontraksi sebesar 2,3 persen yoy pada Oktober 2025.

Selain itu, prakiraan kinerja penjualan eceran pada November 2025 juga ditopang oleh pertumbuhan pada kelompok barang budaya dan rekreasi sebesar 12,8 persen yoy; suku cadang dan aksesori 15,4 persen yoy; serta makanan, minuman, dan tembakau 8,2 persen yoy.

Secara bulanan, penjualan eceran pada November 2025 diprakirakan tumbuh sebesar 1,1 persen month to month (mtm) didorong oleh kinerja penjualan mayoritas kelompok seiring dengan peningkatan permintaan masyarakat menjelang persiapan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Natal dan Tahun Baru.

Mengenai realisasi pada Oktober 2025, IPR secara tahunan tumbuh sebesar 4,3 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan IPR bulan sebelumnya sebesar 3,7 persen (yoy). Pertumbuhan tersebut terutama didukung oleh peningkatan penjualan kelompok barang budaya dan rekreasi (6,7 persen yoy) serta makanan, minuman, dan tembakau (6,4 persen yoy).

Secara bulanan, penjualan eceran pada Oktober 2025 tumbuh sebesar 0,6 persen (mtm) yang juga dipengaruhi oleh permintaan masyarakat menjelang persiapan HBKN Natal didukung oleh kelancaran distribusi. Dari sisi harga, tekanan inflasi pada tiga bulan mendatang, yakni Januari 2026, diprakirakan meningkat, sementara pada enam bulan mendatang atau April 2026 diprakirakan menurun.

Hal ini tercermin dari Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) Januari 2026 yang tercatat sebesar 163,2, lebih tinggi dibandingkan 157,2 pada periode sebelumnya, didorong oleh ekspektasi kenaikan harga bahan baku, upah, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), dan permintaan menjelang periode Ramadan 1447 H.

Sementara itu, IEH April 2026 tercatat sebesar 161,7, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 172,5 seiring normalisasi permintaan pasca-HBKN Idul Fitri.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement