REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – PT Freeport Indonesia (PTFI) menyiapkan tahun 2026 sebagai fase pemulihan produksi setelah dua insiden besar pada 2025 mempengaruhi operasi tambang dan smelter. Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyampaikan bahwa meskipun produksi tembaga dan emas tahun depan diproyeksikan lebih rendah dari rencana awal, pendapatan perusahaan dan kontribusi kepada negara diperkirakan tetap solid berkat harga komoditas yang lebih tinggi.
Tony menjelaskan bahwa perusahaan memprioritaskan pemulihan operasi tambang Grasberg Block Caving (GBC) setelah insiden luncuran material basah pada September 2025. “Target kami memulai kembali operasional tambang GBC secara bertahap pada kuartal pertama 2026,” ujarnya dalam rapat dengan Komisi VI DPR RI, Senin (23/11/2025).
Proses pembersihan material serta perbaikan infrastruktur tambang tengah dilakukan hingga akhir tahun ini.
Selain tambang, PTFI juga menyiapkan pengoperasian kembali smelter Manyar di Gresik setelah fasilitas pengendali gas (gas cleaning plant) mengalami kebakaran pada Oktober 2025. Menurut Tony, smelter baru akan mulai produksi kembali pada kuartal kedua 2026. Sementara seluruh konsentrat selama masa pemulihan akan diprioritaskan untuk PT Smelting, yang telah beroperasi stabil.
Revisi RKAB 2026 menunjukkan penurunan produksi signifikan dibanding rencana semula. Produksi katoda tembaga diperkirakan hanya mencapai 478 ribu ton atau 68 persen dari target awal 700 ribu ton. Produksi emas juga direvisi menjadi 26 ton dari sebelumnya 45 ton. Seluruh emas produksi PTFI pada 2026 direncanakan diserap PT ANTAM.
Meski volume produksi terkoreksi, perusahaan memperkirakan pendapatan penjualan tetap mendekati angka RKAB lama berkat proyeksi kenaikan harga tembaga dan emas. Dalam RKAB lama, asumsi harga tembaga berada di 3,75 dollar AS per pon, sementara proyeksi terbaru menunjukkan kenaikan hingga 4,75 dollar AS per pon. Harga emas juga direvisi dari 1.900 dollar AS per ounce menjadi sekitar 4.000 dollar AS. Kondisi ini membuat total proyeksi penjualan 2026 tetap berada pada kisaran 8,5 miliar dollar AS, hampir sama dengan rencana awal, sebagaimana ditampilkan dalam grafik pendapatan pada slide Rencana 2026 .
Kenaikan harga komoditas juga mendongkrak proyeksi kontribusi PTFI bagi negara. Dalam RKAB 2026 sebelum revisi, penerimaan negara dipatok 2,7 miliar dollar AS, namun pembaruan asumsi membuat nilainya naik menjadi 2,9 miliar dollar AS. Penerimaan tersebut mencakup PPh badan, dividen kepada pemerintah, serta PNBP berupa royalti dan komponen lainnya.
PTFI optimistis pemulihan GBC dan stabilisasi operasi smelter Manyar akan mengembalikan kapasitas produksi perusahaan mulai 2027. Dengan ramp-up tambang dan tambahan produksi dari tambang bawah tanah Kucing Liar pada 2029, kemampuan perusahaan menghasilkan komoditas tembaga dan emas diproyeksikan meningkat signifikan dalam beberapa tahun ke depan.