Rabu 10 Sep 2025 14:03 WIB

Menkeu: Ekonomi Indonesia tidak Seburuk yang Dibayangkan

Target RAPBN 2026 mencatat pendapatan Rp3.147,7 triliun dan belanja Rp3.786,5 triliun

Rep: Dian Fath Risalah  / Red: Lida Puspaningtyas
Tamu undangan menghadiri serah terima jabatan Menteri Keuangan di Kemenkeu, Jakarta, Selasa (9/9/2025). Purbaya Yudhi Sadewa menggantikan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan usai dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (8/9).
Foto: Edwin Putranto/Republika
Tamu undangan menghadiri serah terima jabatan Menteri Keuangan di Kemenkeu, Jakarta, Selasa (9/9/2025). Purbaya Yudhi Sadewa menggantikan Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan usai dilantik oleh Presiden Prabowo Subianto pada Senin (8/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyatakan, perekonomian global tidak seburuk yang dibayangkan, yang tercermin dari neraca perdagangan yang masih positif meski terdapat perang tarif dagang. Purbaya menjelaskan, kinerja neraca perdagangan Indonesia yang positif ditopang oleh nilai ekspor secara akumulatif periode Januari hingga Agustus 2025 mencapai 185,3 miliar dolar AS, tumbuh 7,8 persen secara tahunan (yoy).

Sementara nilai impor pada periode tersebut tercatat 156,3 miliar dolar AS atau tumbuh 2,3 persen yoy, lebih rendah pertumbuhannya dibandingkan ekspor. "Jadi ini menggambarkan global ekonominya yang tidak seburuk yang dibayangkan orang dan mesin-mesin ekspor kita siap untuk mengisi kebutuhan ekonomi global,” ujar Purbaya dalam Raker Komisi XI DPR RI, Rabu, (10/9/2025).

Baca Juga

Purbaya menilai, kinerja ekspor dan impor tersebut mencerminkan ekonomi domestik yang aktif, baik dari sisi konsumsi maupun produksi, termasuk aktivitas impor yang mendukung produksi barang-barang untuk tujuan ekspor. Dari sisi komoditas, ekspor utamanya ditopang oleh produk industri pengolahan, antara lain CPO dan turunannya, serta besi dan baja yang tumbuh kuat.

“Kinerja tersebut turut ditopang tarif resiprokal untuk Indonesia sebesar 19 persen. Ini lebih kecil dari banyak negara,” tambahnya.

Di sisi lain, pemerintah tengah berupaya membuka kerja sama untuk pasar ekspor baru, melalui Indonesia–European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) dan bergabungnya RI dalam BRICS.

Purbaya menekankan pentingnya kolaborasi antara APBN, Danantara, dan sektor swasta. Strategi ini diharapkan meningkatkan kontribusi investasi produktif hingga 2029, mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan menciptakan lapangan kerja.

Secara makro, ia menilai perekonomian Indonesia tetap resilient. Pada kuartal II 2025, pertumbuhan ekonomi tercatat 5,12 persen year on year, target 2026 diproyeksikan 5,4 persen, dengan konsumsi rumah tangga dan investasi masing-masing 5,2 persen. Neraca perdagangan surplus 29 miliar dolar AS hingga Agustus 2025, ekspor 185,3 miliar dolar AS, impor 156,3 miliar dolar AS, dan aliran modal asing ke SBN mencapai Rp77,02 triliun.

RAPBN 2026 akan difokuskan pada delapan agenda prioritas, termasuk ketahanan pangan dan energi, MBG, pendidikan bermutu, kesehatan berkualitas, pembangunan desa, UMKM, pertahanan, serta akselerasi investasi dan perdagangan global. Target RAPBN 2026 yang terdiri dari pendapatan Rp3.147,7 triliun, belanja Rp3.786,5 triliun, dan pembiayaan Rp638,8 triliun, menurutnya, dikelola secara prudent dan profesional.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement