REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menegaskan, beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) menjadi penopang utama dalam menjaga stabilitas harga beras di pasaran sekaligus memastikan keterjangkauan bagi masyarakat.
"Pemerintah terus memperkuat intervensi di sektor perberasan melalui program SPHP yang dilaksanakan oleh Perum Bulog atas penugasan Badan Pangan Nasional," kata Arief saat meninjau salah satu gerai minimarket di Serang, Banten, Rabu (20/8/2025).
Ia menyampaikan, beras SPHP kini semakin mudah diakses masyarakat di berbagai jalur distribusi. Pemerintah juga memastikan penyaluran beras SPHP semakin gencar dilakukan.
"Hari ini kita mau sampaikan bahwa beras SPHP sudah ada di semua lokasi yang sesuai dengan juknis (petunjuk teknis). Pasar tradisional sudah dipenuhi duluan. Kemudian pasar modern juga dipenuhi, outlet-outlet BUMN juga sudah ada," ujarnya.
Hingga 20 Agustus 2025, realisasi penyaluran beras SPHP mencapai sekitar 45 ribu ton dari target 1,3 juta ton hingga Desember 2025. Program ini telah berjalan sejak Juli 2025 untuk menjaga stabilitas harga di pasaran.
"Ini beras SPHP dijual maksimal Rp 12.500 per kilogramnya (zona 1). Tadi di pasar ada yang Rp 12.000 per kilogram. Kalau kualitasnya ada yang kurang baik, teman-teman dari ritel modern minta tukar. Jangan jual barang yang jelek," tegas Arief.
Untuk menjamin efektivitas penyaluran beras SPHP, Bapanas dan Bulog memperketat pengawasan distribusi agar lebih tepat sasaran.
"Kita optimistis ini bisa mengintervensi harga beras di pasaran," ungkap Arief.
Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menegaskan pihaknya terus memperluas kanal distribusi beras SPHP.
"Mudah-mudahan ini memberikan keyakinan kepada publik, kepada masyarakat bahwa beras SPHP betul-betul membantu masyarakat untuk menstabilkan harga," ujarnya.
Dengan stok penugasan sebesar 1,3 juta ton hingga akhir 2025, Rizal menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap ketersediaan beras.
"Ini masih sangat banyak dan masyarakat tidak perlu ragu dan bimbang. Kami akan salurkan semaksimal mungkin untuk kemaslahatan masyarakat," katanya.
Lebih lanjut, Rizal menambahkan, pengecer wajib mendaftar melalui aplikasi Klik SPHP yang disiapkan Bulog. Dengan cara ini, pengawasan distribusi dapat dilakukan lebih menyeluruh dan transparan.
Beras SPHP dijual sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET), yakni Rp 12.500 per kilogram untuk zona 1 (Jawa, Lampung, Sumatra Selatan, Bali, NTB, Sulawesi), Rp 13.100 per kilogram untuk zona 2 (Sumatra selain Lampung dan Sumsel, NTT, Kalimantan), dan Rp 13.500 per kilogram untuk zona 3 (Maluku, Papua).
Setiap pembelian dibatasi maksimal dua kemasan (10 kg) dan tidak diperkenankan untuk diperjualbelikan kembali.