REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angka inflasi inti Indonesia secara bulanan pada Juli 2025 mencapai 0,13 persen. Angka tersebut meningkat dibandingkan angka inflasi inti pada Juni 2025 sebesar 0,07 persen.
Inflasi secara umum meliputi inflasi inti, harga diatur pemerintah, dan harga bergejolak. Inflasi inti kerap digunakan sebagai salah satu indikator penentu kondisi daya beli masyarakat.
“Komponen inti mengalami inflasi 0,13 persen. Komponen ini memberikan andil inflasi 0,08 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi Dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam Konferensi Pers Perkembangan Indeks Harga Konsumen Juli 2025, Jumat (1/8/2025).
Pudji menerangkan faktor-faktor yang memengaruhi terkereknya inflasi inti pada periode Juli 2025. Secara umum berkaitan dengan kebutuhan pendidikan.
“Komponen yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen inti adalah biaya sekolah dasar, biaya sekolah menengah pertama, biaya sekolah menengah atas, biaya bimbingan belajar, dan biaya taman kanak-kanak,” ungkapnya.
Secara umum, inflasi secara bulan ke bulan (mtm) pada Juli 2025 tercatat sebesar 0,30 persen. Pudji menyebut, utamanya didorong oleh inflasi komponen harga bergejolak yang mengalami inflasi sebesar 1,25 persen dan memberi andil inflasi terbesar yakni 0,20 persen.
“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga bergejolak ini adalah beras, tomat, bawang merah, dan cabai rawit,” terangnya.
Kemudian, komponen harga diatur pemerintah mengalami inflasi sebesar 0,09 persen. Komponen tersebut memberikan andil inflasi sebesar 0,02 persen.
“Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi pada komponen harga diatur pemerintah adalah bensin, bahan bakar rumah tangga, dan sigaret kretek mesin (SKM),” ujarnya.