REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan sejumlah pasar ekspor potensial untuk tekstil Indonesia. Hal ini dapat menjadi alternatif dalam mengantisipasi penerapan tarif impor Amerika Serikat (AS).
"Tekstil ini komoditas unggulan ekspor Indonesia. Apakah ada negara lain yang menjadi pasar Indonesia untuk komoditas tekstil dan produk tekstil serta alas kaki Indonesia?" tanya Amalia dalam rilis berita statistik di Jakarta, Senin (21/4/2025).
Berdasarkan data, ucap Amalia, terdapat sejumlah negara yang menjadi tujuan ekspor produk tekstil dan alas kaki Indonesia. Amalia mencatat nilai ekspor tekstil tertinggi setelah AS berasal dari Jepang, Korea Selatan, dan Cina sejak Januari hingga Maret 2025.
"Jepang itu nilainya 261,7 juta dolar AS, Korsel sebesar 165,4 juta dolar AS, dan juga Cina sebesar 109,4 juta dolar AS untuk nilai ekspor tekstil dan produk tekstilnya," ucap Amalia.
Amalia menyampaikan sejumlah negara di Eropa juga menjadi pasar potensial produk alas kaki Indonesia. Amalia mengatakan nilai ekspor alas kaki Indonesia terbesar setelah ke AS adalah Belanda dengan 160,8 juta dolar AS, Belgia dengan 149,3 juta dolar AS, dan Cina sebesar 114,1 juta dolar AS.
Kendati demikian, Amalia menyampaikan pasar AS tetap memiliki peranan vital dalam neraca perdagangan Indonesia. Dalam catatan impor, ucap Amalia, AS tercatat memasok 271,6 juta dolar AS kedelai, kapas sebesar 23,6 juta dolar AS dan gandum dengan 45,1 juta dolar AS pada tiga bulan pertama 2025.
"Pangsa pasar AS berada posisi ketiga setelah India," lanjut Amalia.
Selain nonmigas, Amalia mengatakan Indonesia juga melakukan impor sejumlah komoditas migas selama periode Januari hingga Maret 2025. Amalia mengatakan impor komoditas migas seperti minyak mentah senilai 138,9 juta dolar, bahan baku LPG sebesar 656,4 juta dolar, dan hasil minyak sebesar 659,4 juta dolar AS.
"Sebagai catatan Indonesia tidak mengimpor gasolin dari AS," kata Amalia.
