Kamis 21 Aug 2025 13:21 WIB

Rosan Ingatkan Jajaran BKPM Jangan Jadi Rohana dan Rojali

Rosan menilai UMKM perlu berkembang agar kontribusinya lebih besar bagi ekonomi.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani berbicara dalam Forum Peningkatan Kompetensi UMKM di Kantor Kementerian Investasi, di Jakarta, Kamis (21/8/2025).
Foto: Republika/Frederikus D Bata
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani berbicara dalam Forum Peningkatan Kompetensi UMKM di Kantor Kementerian Investasi, di Jakarta, Kamis (21/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani berbicara dalam Forum Peningkatan Kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di kantornya, Jakarta, Kamis (21/8/2025). Ia menekankan pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia dari UMKM itu sendiri.

Di sela acara, Rosan turut memperhatikan bazar UMKM di luar. Ia meminta jajarannya ikut membeli produk yang dipasarkan, tidak hanya sekadar bertanya atau melihat-lihat.

Baca Juga

“Dalam kesempatan ini tadi saya sampaikan, kan ada bazarnya. Janganlah bapak-bapak, ibu-ibu di sini jadi Rohana saja, rombongan hanya nanya. Tolong beli juga. Terutama yang Pak Deputi Satu, jangan Rohana atau Rojali (rombongan jarang beli). Belilah. Staf khusus juga. Jadi harus beli,” ujar Rosan.

Menteri Investasi berharap jumlah pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke depan semakin berkurang. Menurutnya, pengurangan jumlah bukan berarti melemahkan UMKM, tetapi mendorong mereka naik kelas menjadi pengusaha kecil, menengah, hingga besar.

Saat ini, jumlah UMKM di Indonesia lebih dari 65 juta. Rosan mengakui UMKM berperan penting terhadap perekonomian nasional dengan kontribusi sebesar 61 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

“Salah satu tulang punggung perekonomian kita. Tapi kalau kita lihat lebih lanjut lagi, perannya ini harus kita tingkatkan. Saya kalau ditanya, inginnya UMKM kita seperti apa? Saya akan bilang UMKM kita ke depannya itu lebih sedikit. Kenapa? Karena harus naik kelas,” kata Rosan.

Ia menegaskan, seorang pengusaha perlu berkembang, tidak selamanya berada di level mikro. Dari usaha mikro menjadi usaha kecil, kemudian menengah, hingga akhirnya menjadi usaha besar.

“Pengusaha besar harus kembali men-support UMKM dan usaha kecil. Nah, mungkin agak anomali yang saya sampaikan. Jadi kita ingin mengurangi jumlah UMKM untuk naik kelas,” ujar Rosan menambahkan.

Menurutnya, dengan peningkatan level usaha, dampaknya akan lebih luas, mulai dari penghasilan yang bertambah, terbukanya lebih banyak lapangan kerja, hingga meningkatnya porsi ekspor.

Ia menekankan, dirinya tidak dalam konteks anti terhadap UMKM. Rosan melihat gambaran besar dan visi yang lebih luas, bagaimana UMKM tetap menjadi bagian penting dalam perekonomian Indonesia.

Saat ini saja, UMKM mampu menyerap tenaga kerja sekitar 97 persen atau 117 juta orang. Namun, hanya 16 persen UMKM yang mampu menembus pasar ekspor. Karena itu, pemerintah terus mendorong program UMKM Go Global, Kreatif, Berkualitas, dan Siap Ekspor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement