Kamis 21 Aug 2025 14:00 WIB

BI Pangkas Suku Bunga, Perbanas: Rupiah Cenderung Stabil

Stabilitas rupiah juga dipengaruhi mulai masuknya investor asing.

Karyawan menghitung mata uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (17/10/2023).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menghitung mata uang dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (17/10/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menilai keputusan Bank Indonesia (BI) memangkas suku bunga acuan didorong oleh nilai tukar rupiah yang cenderung lebih stabil. Kepala Bidang Riset dan Kajian Ekonomi Perbankan Perbanas, Aviliani, menyebut stabilitas rupiah juga dipengaruhi mulai masuknya investor asing.

“Kalau kita lihat rupiah kita ini cenderung sudah lebih stabil. Investor asing sudah mulai masuk,” ujar Aviliani dalam keterangannya, Kamis (21/8).

Baca Juga

BI melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2025 pada 19–20 Agustus memutuskan menurunkan suku bunga acuan (BI-Rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,00 persen. Suku bunga deposit facility juga dipangkas 25 bps menjadi 4,25 persen, sementara lending facility turun ke level 5,75 persen.

Menurut Aviliani, dinamika kebijakan di Amerika Serikat di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump membuat dolar AS tidak banyak mengalir kembali ke negaranya. “Kita melihat rupiah stabil, sehingga wajar BI menurunkan BI-Rate,” katanya.

Ia berharap Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) turut menurunkan suku bunga simpanan agar selaras dengan langkah BI. “Pastinya kita berharap juga adanya penurunan suku bunga dari sisi LPS karena kita mengacunya pada LPS,” ucapnya.

Saat ini, perbankan tidak lagi menjadikan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) sebagai instrumen utama penempatan dana. Posisi instrumen itu turun menjadi Rp720,01 triliun per 15 Agustus 2025, dari Rp916,97 triliun pada awal Januari 2025.

Sebaliknya, obligasi pemerintah masih menawarkan imbal hasil sekitar 6,3–6,4 persen. “Jadi ini masih menjadi pilihan buat masyarakat antara menempatkan dana di bank dengan membeli ritel obligasi,” ujar Aviliani.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement