Jumat 18 Apr 2025 20:02 WIB

Ungkap Potensi Perang Dagang, DEN: Pemerintah Bidik Relokasi Pabrik China ke Indonesia 

Revitalisasi sektor padat karya menjadi fokus utama Indonesia.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu membeberkan langkah strategis pemerintah dalam menghadapi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.
Foto: Antara/Saptono
Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu membeberkan langkah strategis pemerintah dalam menghadapi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Mari Elka Pangestu membeberkan langkah strategis pemerintah dalam menghadapi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Mari menyampaikan Indonesia punya potensi memanfaatkan ketegangan tersebut, salah satunya menjadi tujuan relokasi industri dari China.

"Proses itu sudah mulai terjadi sebelum 2 April 2025, sudah terjadi beberapa sektor yang mencari tempat lokasi baru untuk melakukan produksi maupun ekspor seperti garmen, alas kaki, dan sektor-sektor yang padat karya," ujar Mari dalam konferensi pers virtual dari AS bertajuk "Perkembangan Terkini Negosiasi dan Diplomasi Perdagangan Indonesia-AS pada Jumat (18/4/2025).

 

Mari menyampaikan revitalisasi sektor padat karya menjadi fokus utama agar Indonesia dapat menjadi tujuan utama relokasi investasi China. Mari mengatakan pemerintah telah menyiapkan program fasilitasi investor yang akan masuk ke industri padat karya seperti tekstil dan manufaktur. 

 

"Ini sudah cukup mendalam, termasuk memfasilitasi investor-investor investasi yang akan masuk ke dalam sektor ini," ucap Mari. 

 

Mari mengatakan sektor mineral kritis dan semikonduktor menjadi dua peluang besar yang bisa dimanfaatkan Indonesia dalam situasi perang dagang ini. Mari menyebut kedua sektor ini menjadi perhatian utama AS dan berpotensi memberikan keuntungan strategis bagi Indonesia jika mampu meningkatkan kapasitas dan kualitas produksinya. 

 

"Khususnya ada dua sektor yang rantai pasok yang masuk dalam isu bagi AS yang berpotensi untuk Indonesia masuk, yaitu yang terkait dengan mineral kritis dan semikonduktor," lanjut Mari. 

 

Mari menyampaikan diversifikasi rantai pasok juga menjadi elemen kunci agar Indonesia tidak terlalu bergantung pada China. Menurut Mari, keterlibatan dalam kerja sama ASEAN serta hubungan ekonomi dengan negara seperti Jepang, Korea Selatan, dan Australia membuka peluang untuk memperluas jaringan pasok global.

 

"Diversifikasi pasar juga merupakan hal penting misalnya pasar Eropa. Oleh karena itu penting untuk segera menyelesaikan negosiasi EU CEPA secepat mungkin," sambung Mari. 

 

Mari menambahkan kerja sama ekonomi regional seperti ASEAN dan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) juga menjadi jalur penting dalam strategi jangka panjang Indonesia. Melalui kerja sama ini, ucap Mari, Indonesia berharap dapat memperkuat posisi dalam jaringan perdagangan dan investasi global. 

 

"Kerja sama ASEAN maupun RCEP ini sangat bisa diperdalam dan diperluas kerja samanya, termasuk untuk diversifikasi dari rantai pasok," kata Mari. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement