Selasa 29 Apr 2025 14:51 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Bakal Terdampak Kebijakan Tarif Trump, Ini Rekomendasi Ekonom

Kebijakan tarif Trump bakal menurunkan pertumbuhan output beberapa komoditas.

Rep: Eva Rianti/ Red: Friska Yolandha
Kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal menekan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh
Kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal menekan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman menilai kebijakan tarif resiprokal Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bakal menekan angka pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia merekomendasikan sejumlah kebijakan, mulai dari fokus pada reindustrialisasi berbasis value chain hingga menjaga stabilitas makro.

“Apa yang bisa kita lihat dari kebijakan Trump ini yang akan memengaruhi kinerja ekonomi? Bagi Indonesia, akan menurunkan pertumbuhan ekonomi, banyak sekali akan berimbas,” kata Rizal dalam agenda diskusi publik bertajuk ‘IMF Memprediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2025—2026 Hanya 4,7 Persen, Indonesia Bisa Apa?’ yang digelar Universitas Paramadina secara daring, Senin (28/4/2025).

Baca Juga

Ia menerangkan, kebijakan tarif Trump bakal menurunkan pertumbuhan output beberapa komoditas, terutama industri manufaktur. Impor Indonesia dengan negara mitra juga diperkirakan bakal menurun jika tidak diantisipasi oleh kebijakan yang lebih efektif dan menahan laju perubahan impor beberapa komoditas. 

Selain itu, terjadi pula perubahan ekspor Indonesia akibat kebijakan tarif resiprokal Trump. Beberapa komoditas memang kemungkinan akan naik terutama di jasa tambang, kendaraan, manufaktur ringan, tetapi beberapa komoditas yang berbasis pertanian, olahan berbasis makanan, tekstil, dan kimia diprediksi bakal menurun. 

Menurut analisisnya, setidaknya ada lima rekomendasi kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah dalam menyikapi kebijakan tarif resiprokal Trump. 

“(Pertama), setidaknya pemerintah kalau ingin tetap menjaga pertumbuhan ekonomi dengan warningproyeksi IMF 4,6 persen, tentu harus fokus industrialisasi berbasis value chain,” ujarnya. 

Ia menekankan agar pemerintah tidak hanya sekedar fokus pada downstreaming komoditas primer, tetapi membangun ekosistem industri intermediate goods, manufaktur berteknologi menengah-tinggi, dan pengembangan R&D lokal. 

“Contoh (pengembangan R&D loka) semikonduktor dan baterai EV. Meskipun kemarin LG sebagai salah satu yang akan mengembangkan EV ternyata pindah, tapi itu dinamika perdagangan, dan saya kira masih banyak peluang bagi Indonesia untuk mendorong ini,” tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement