Rabu 16 Apr 2025 17:37 WIB

Perang Dagang Makin Panas, AS Naikkan Tarif Impor China Hingga 245 Persen

Trump menyebut 'bola'' ada di tangan China untuk memulai kembali dialog perdagangan.

Permusuhan dagang AS dan China, meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir. (ilustrasi)
Foto: REUTERS/Kevin Lamarque
Permusuhan dagang AS dan China, meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- China kini hadapi tarif hingga 245 atas impor ke Amerika Serikat sebagai akibat dari tindakan balasannya, kata Gedung Putih dalam sebuah pernyataan pada Selasa (15/4/2025) malam. Pengumuman itu muncul saat Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang meluncurkan penyelidikan atas risiko keamanan nasional, terkait dengan ketergantungan AS pada mineral penting yang diimpor.

China menghadapi tarif baru hingga 245 persen atas barang yang diekspor ke AS, berdasarkan perintah yang dikeluarkan oleh pemerintahan Trump pada 12 April. Kategori ini termasuk dalam kategori tarif 'Pra-2025' (pungutan 100 persen), 'Fentanil' (20 persen) dan 'respirokal' (125 persen). Baterai lithium-ion menyusul, menghadapi tarif hingga 175 persen, cumi-cumi 170 persen, sweater wol 169 persen, dan seterusnya.

Baca Juga

Selama jumpa pers pada Selasa, Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt mengutip pernyataan presiden AS "bola'' ada di tangan China untuk memulai kembali dialog perdagangan. "China perlu membuat kesepakatan dengan kami, kami tidak harus membuat kesepakatan dengan mereka," kata Leavitt dilansir dari laman Business Standard.

Menanggapi pernyataan tersebut, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian pada Rabu (16/5/2025), mengkritik pendekatan AS sebagai kontraproduktif. "Jika Amerika Serikat benar-benar menginginkan dialog, pertama-tama mereka harus berhenti memberikan tekanan maksimum," kata Lin, seraya menambahkan bahwa pembicaraan yang konstruktif membutuhkan rasa saling menghormati dan kesetaraan.

Permusuhan dagang meningkat tajam dalam beberapa waktu terakhir. Trump telah mengumumkan jeda 90 hari dalam tarif yang lebih tinggi untuk 75 negara yang saat ini sedang merundingkan perjanjian perdagangan dengan Washington, kecuali China.

“Pada suatu saat, China akan menyadari bahwa hari-hari menipu AS dan negara-negara lain sudah berakhir,” tulis Trump di platform media sosial Truth Social pada 9 April lalu.

 

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement