REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrey Rudenko mengatakan, "perang dagang" yang dilancarkan Amerika Serikat (AS) dapat memperkuat hubungan ekonomi negaranya dengan China. Beijing diketahui menjadi pihak yang paling dibidik dalam pemberlakuan kebijakan tarif terbaru Presiden AS Donald Trump.
"Saya setuju dengan penilaian ini," ujar Rudenko ketika ditanya pendapatnya tentang pernyataan Utusan Khusus Rusia Boris Titov sebelumnya bahwa kebijakan tarif Donald Trump akan memperkuat hubungan ekonomi antara Rusia dan China, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS, Ahad (13/4/2025).
Menurut Rudenko, kerja sama Moskow dengan Beijing berkembang di berbagai bidang. "Jadi sulit untuk memilih area keterlibatan tertentu di sana," ucapnya.
"Namun demikian, saya yakin prospek kami sangat bagus dan kami akan mencapai rekor tertinggi lainnya dalam omzet perdagangan kami," tambah Rudenko.
Pada akhir Januari lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden China Xi Jinping sempat melakukan percakapan virtual video. Pada kesempatan tersebut, Putin menyampaikan bahwa perdagangan bilateral Rusia-China meningkat tujuh persen pada rentang Januari-November 2024 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Nilainya mencapai 245 miliar dolar AS.
Putin mengatakan China adalah mitra dagang utama Rusia. Sementara Rusia adalah mitra dagang terbesar kelima China.
Menurut data bea cukai China, perdagangan dengan Rusia naik 1,9 persen pada 2024 dibandingkan tahun 2023. Nilainya mencapai rekor tertinggi sebesar 244,81 miliar dolar AS. Impor dari Rusia hampir tidak berubah dengan nilai sebesar 129,32 miliar dolar AS. Sementara ekspor ke Rusia naik 4,1 persen menjadi 115,49 miliar dolar AS.