REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pemerintah terus mengupayakan strategi untuk menjaga kinerja ekonomi nasional di tengah tekanan global akibat gejolak geopolitik dan kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat. Salah satu keberhasilan diplomasi ekonomi adalah penurunan tarif impor dari AS menjadi 19 persen.
“Ini membuka peluang baru bagi penciptaan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global,” ujar Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam acara "Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2025" di Jakarta, Selasa (29/7/2025).
Pemerintah juga mengandalkan stimulus fiskal dan belanja negara untuk memperkuat ekonomi domestik. Akselerasi belanja kementerian dan lembaga yang memiliki anggaran besar akan dipercepat, bersamaan dengan optimalisasi potensi belanja masyarakat melalui event nasional, promosi wisata akhir tahun, dan insentif fiskal di sektor pariwisata serta transportasi.
“Upaya yang telah dilakukan pemerintah melalui implementasi serangkaian stimulus sepanjang semester pertama tahun ini akan dilanjutkan pada semester kedua,” tegas Susiwijono.
Sektor konsumsi rumah tangga dan industri padat karya menjadi tumpuan utama pertumbuhan. Industri makanan, minuman, tekstil, kulit, dan furnitur menyumbang 8,33 persen terhadap PDB dan menyerap 12,2 juta tenaga kerja, atau 8,41 persen dari total pekerja nasional.
Selama satu dekade terakhir, pemerintah mencatat pertumbuhan ekonomi yang stabil di kisaran 5 persen, dengan inflasi yang terkendali serta perbaikan indikator sosial seperti turunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan.
“Selama satu dekade terakhir, pertumbuhan ekonomi nasional relatif stabil di kisaran 5 persen, dengan inflasi yang tetap terkendali dalam rentang sasaran, serta perbaikan pada indikator sosial seperti menurunnya tingkat pengangguran dan kemiskinan,” jelasnya.
Langkah jangka panjang diarahkan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen pada 2029. Pemerintah telah menyiapkan fokus pembangunan yang mencakup hilirisasi industri, peningkatan produktivitas pertanian, transformasi digital, pengembangan sektor padat karya dan ekonomi kreatif, Program Makan Bergizi Gratis (MBG), serta pembangunan tiga juta rumah.
“Target Indonesia pada tahun 2029 adalah mendorong pertumbuhan ekonomi kembali ke angka 8 persen, seperti yang pernah dicapai sebelumnya,” ungkap Susiwijono.
Selain capaian dengan Amerika Serikat, penyelesaian perundingan Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) disebut akan memperluas pasar ekspor Indonesia di Eropa secara signifikan.
Namun, ekonom Wijayanto Samirin mengingatkan agar pemerintah tidak terlalu memuji upaya diplomasi tarif dengan AS secara berlebihan. “Trump benar-benar tidak serius. Yang nego dapat 19 persen, yang tidak ngapa-ngapain dapat 15–20 persen. Kita tidak perlu terlalu serius berusaha menuruti permintaan Trump. Trump benar-benar joke abad ini, lebih lucu dari Srimulat dan Kasino-Dono-Indro combined,” ujarnya.