Selasa 29 Jul 2025 14:24 WIB

Indonesia Tarif AS 19 Persen Justru Jadi Kabar Gembira untuk Industri TPT, Ini Penjelasan Rosan

Rosan menyebut produk garmen dan tekstil Indonesia jauh lebih kompetitif.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pengunjung melihat-lihat barang yang dipamerkan dalam pameran industri tekstil dan alas kaki, beberapa waktu lalu.
Foto: Republika/Prayogi
Pengunjung melihat-lihat barang yang dipamerkan dalam pameran industri tekstil dan alas kaki, beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyampaikan kesepakatan tarif Amerika Serikat (AS) sebesar 19 persen menjadi angin segar bagi Indonesia. Rosan menyebut penurunan tarif dari awalnya sebesar 32 persen akan meningkatkan investasi di Tanah Air.

"Memang kita harapkan dengan adanya tarif ini akan memicu investasi yang masuk ke Indonesia lebih meningkat lagi," ujar Rosan saat konferensi pers capaian realisasi investasi kuartal II 2025 di Kantor Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jakarta Selatan, Selasa (29/7/2025).

Baca Juga

Rosan mengatakan penurunan tarif tersebut akan menguntungkan komoditas dari Indonesia seperti industri garmen dan alas kaki. Dengan tarif 19 persen, Rosan menyebut produk garmen dan tekstil Indonesia jauh lebih kompetitif dari negara-negara kompetitor.

"Bandingkan misalnya dengan negara pesaing kita di produk alas kaki, garmen, seperti Pakistan, Bangladesh, itu sebagian kurang lebih mereka kena (tarif AS) 35 persen," ucap CEO Danantara tersebut.

Rosan menambahkan, Indonesia juga tengah menjajaki kerja sama strategis dengan perusahaan-perusahaan Amerika Serikat untuk membangun 17 kilang minyak (refinery) di Tanah Air. Rosan menyebut kilang-kilang tersebut dirancang khusus untuk mengolah minyak mentah (crude oil) yang akan diimpor langsung dari AS.

“Investasi di refinery memang itu salah satu komitmen kerja sama yang ingin dilakukan bersama-sama dengan perusahaan Amerika," lanjut Rosan.

Menurut Rosan, pembangunan kilang ini penting untuk menyesuaikan dengan karakteristik minyak mentah asal AS yang berbeda dengan crude oil dari negara lain. Oleh karena itu, desain kilang akan disesuaikan dengan spesifikasi minyak mentah asal AS.

"Kalau ini dari Amerika, investasinya juga kita sesuaikan, refinerinya juga dari karakteristik crude oil dari negara tersebut," ucap dia.

Rosan menilai langkah ini merupakan bagian dari proses bisnis global yang wajar, terutama mengingat adanya perubahan arah impor minyak dari sebelumnya ke Nigeria atau Arab Saudi, kini bergeser lebih besar ke Amerika Serikat. Rosan memastikan peralihan importasi minyak mentah ini tidak akan merugikan Indonesia.

"Ini juga tidak akan membebani kita, kalau dulu kita impor crude oil dari Nigeria, Arab Saudi, sekarang kita mungkin porsinya lebih banyak mengambil ke AS," ungkap Rosan.

Meski sudah menjadi bagian dari komitmen bilateral, Rosan menegaskan pembahasan soal investasi ini masih berlanjut untuk membahas teknis dan rincian kerja sama. Rosan memastikan semua rencana investasi akan tetap mengikuti regulasi nasional.

"Kita sedang berbicara lebih lanjut untuk detailnya. Tapi kita pastikan semuanya harus sesuai berjalan dengan peraturan yang ada di Indonesia," kata Rosan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement