Selasa 08 Apr 2025 17:22 WIB

Rupiah Melemah ke Rp 16.891 per Dolar AS, Sentimen Perang Dagang Jadi Pemicu

Rupiah dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap eskalasi perang dagang.

Karyawan menghitung uang dollar di money changer.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menghitung uang dollar di money changer.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menganggap pelemahan nilai tukar (kurs) rupiah dipengaruhi kekhawatiran pasar terhadap eskalasi perang dagang.

“Rupiah ditutup melemah terhadap dolar AS tertekan oleh kekhawatiran eskalasi perang dagang. Pelemahan ini akumulasi dari sentimen risk off di pasar selama sepekan lebih liburan hari raya Lebaran,” ujarnya, di Jakarta, Selasa (8/4/2025).

Baca Juga

Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini di Jakarta melemah sebesar 69 poin atau 0,41 persen menjadi Rp 16.891 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp 16.822 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada hari ini juga melemah ke level Rp 16.849 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.566 per dolar AS.

Baru-baru ini, Presiden AS Donald Trump melontarkan ancaman tarif tambahan sebesar 50 persen atas impor dari China pasca-Negeri Tirai Bambu memberlakukan tarif timbal balik sebesar 34 persen terhadap AS.

Jika China tak membatalkan kenaikan tarif sebesar 34 persen pada hari ini, Trump akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen pada negara tersebut, yang mulai berlaku pada Rabu (9/3/2025). Selain itu, semua pembicaraan dengan China terkait permintaan pertemuan mereka dengan AS akan dihentikan.

Pemberlakuan tarif 34 persen dari China per 10 April nanti merupakan respons dari tarif timbal balik AS terhadap Beijing yang memberikan tarif sebesar 34 persen juga. Secara keseluruhan, tarif Pemerintah AS terhadap barang impor dari China mencapai 54 persen.

Sebelumnya, Trump sudah mengenakan tarif tambahan 25 persen untuk mobil yang diproduksi di luar AS mulai 3 April 2025 dan tarif 25 persen pada seluruh impor baja beserta aluminium. Pemerintahan Trump pun telah mengenakan bea tambahan impor sebesar 20 persen terhadap barang-barang asal China.

Adapun China pada Februari hingga Maret sudah mengumumkan tarif 15 persen untuk impor batu bara dan produk gas alam cair dari AS. Ada pula tarif 10 persen untuk minyak mentah, mesin pertanian, dan mobil bermesin besar.

Selanjutnya, Beijing menetapkan tarif tambahan hingga 15 persen untuk impor produk pertanian utama AS, termasuk ayam, babi, kedelai, dan daging sapi.

Negara lain yang berjanji membalas kebijakan dari AS adalah Kanada. Perdana Menteri (PM) Kanada Mark Carney menyatakan pihaknya akan melawan tarif ini dan bakal membangun ekonomi terkuat di G7. Tarif sebesar 10 persen untuk barang-barang berdasarkan Perjanjian Amerika Serikat-Meksiko-Kanada (USMCA) berhasil dihindari Kanada, tetapi barang-barang lain yang tidak tercakup dalam perjanjian tersebut akan dikenakan tarif sebesar 25 persen dan 10 persen untuk energi dan kalium. Selain itu, ada tarif sebesar 25 persen untuk impor mobil asing, serta tarif sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium Kanada masih berlaku. Uni Eropa (UE) juga tengah menyiapkan langkah balasan atas keputusan Trump untuk memberlakukan tarif 20 persen terhadap barang-barang asal Eropa. Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan pihaknya sedang merampungkan paket pertama langkah balasan terhadap tarif baja, dan sedang menyiapkan langkah lebih lanjut untuk melindungi kepentingan serta bisnis UE jika negosiasi gagal.

“Sentimen global yang sedikit memulih hari ini tidak cukup untuk mendukung rupiah,” kata Lukman Leong.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement