REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pelemahan nilai tukar rupiah yang telah mencapai titik terendah sepanjang sejarah, pada Selasa (8/4/2025), kurs rupiah menyentuh Rp 16.846 per dolar AS. Pakar ekonomi dari Universitas Andalas, Syafrudin Karimi, mengatakan seharusnya ini menjadi perhatian utama bagi otoritas moneter dan fiskal Indonesia.
Alih-alih reaktif terhadap gejolak pasar, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) didesak untuk segera merumuskan strategi komunikasi dan kebijakan yang lebih terukur dan tegas guna meredam kepanikan pasar yang semakin meningkat.
Menurut Karimi, melemahnya rupiah saat ini bukan hanya sekadar imbas dari faktor eksternal seperti penguatan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) atau ketegangan perang dagang global. Lebih dari itu, kondisi ini mencerminkan adanya erosi kepercayaan dari para investor terhadap stabilitas jangka pendek perekonomian domestik.
"Jika tidak segera dijawab dengan kebijakan yang kredibel dan langkah stabilisasi yang konsisten, tekanan terhadap rupiah berpotensi merembet menjadi krisis kepercayaan yang lebih luas," katanya dalam siaran pers, Selasa.