REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka anjlok 9,19 persen ke level 5.912,06 pada perdagangan Selasa (8/4/2025), di tengah gonjang ganjing penerapan kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung mengambil tindakan tegas berupa trading halt dan penyesuaian batas Auto Rejection Bawah (ARB) demi menjaga stabilitas pasar.
Pada pukul 09.00 WIB, BEI menghentikan sementara perdagangan sistem JATS karena IHSG tercatat turun hingga 8 persen. Perdagangan dilanjutkan kembali pada pukul 09.30 WIB tanpa perubahan jadwal. Langkah ini sesuai dengan Peraturan Nomor II-A dan Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00002/BEI/04-20.
“Trading halt dilakukan sebagai bentuk proteksi pasar saat terjadi tekanan luar biasa agar perdagangan tetap berlangsung secara teratur, wajar, dan efisien,” tulis BEI dalam keterangannya.
Penurunan indeks ini dipicu oleh tekanan eksternal yang meningkat selama libur panjang, termasuk ancaman tarif 50 persen tambahan dari Presiden AS Donald Trump terhadap China. Situasi tersebut menyeret bursa Asia ke zona merah, termasuk Hang Seng yang turun 13,22 persen, Nikkei 225 anjlok 7,83 persen, dan Kospi terkoreksi 5,57 persen.

Dampaknya terasa kuat pada saham-saham big cap Indonesia. Berdasarkan data RTI Business, berikut daftar saham-saham yang terpukul:
- Bank Mandiri (BMRI): turun 13,46 persen ke Rp 4.500
- Bank BNI (BBNI): turun 13,21 persen ke Rp 3.680
- Bank BRI (BBRI): turun 14,57 persen ke Rp 3.460
- Telkom Indonesia (TLKM): turun 14,94 persen ke Rp 2.050
- Timah (TINS): turun 11,46 persen ke Rp 850
- Aneka Tambang (ANTM): turun 11,31 persen ke Rp 1.450
- Bukit Asam (PTBA): turun 7,94 persen ke Rp 2.320
Direktur Utama BEI Iman Rachman, menjelaskan, BEI mengubah batas ARB dari sebelumnya simetris dengan ARA, kini menjadi maksimal 15 persen, guna memberi ruang penyesuaian harga secara bertahap. “Kami memilih tidak membatasi pasar secara ekstrem, tapi melakukan penyesuaian teknis agar harga tetap mencerminkan kondisi pasar secara rasional,” ujarnya dalam Konferensi Pers di Jakarta, Selasa hari ini.
Adapun, ambang batas trading halt juga disesuaikan menjadi 8–15–20 persen dari sebelumnya 5–10–15 persen. Meski pasar terkoreksi, sejumlah analis melihat peluang bagi investor jangka panjang. Dengan langkah preventif ini, BEI berharap volatilitas bisa diredam dan kepercayaan investor tetap terjaga.