REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Konsumsi rumah tangga yang biasanya meningkat menjelang Lebaran justru terindikasi melemah pada 2025. CORE Indonesia mencatat bahwa pelemahan daya beli ini bukan sekadar tren sesaat, melainkan gejala dari tekanan ekonomi yang semakin berat, terutama bagi kelas menengah dan bawah.
"Biasanya, konsumsi meningkat menjelang Lebaran, tetapi kali ini justru sebaliknya. Ini menjadi sinyal bahwa daya beli masyarakat sedang melemah," kata Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal dalam laporan CORE Insight "Awas Anomali Konsumsi Jelang Lebaran 2025", dikutip Jumat (28/3/2025).
Lesunya konsumsi masyarakat dipicu oleh gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang terus berlanjut. Sepanjang Januari 2025, sebanyak 3.325 pekerja kehilangan pekerjaan, dengan jumlah terbesar terjadi di Jakarta sebanyak 2.650 orang. Sektor industri manufaktur, terutama tekstil, menjadi yang paling terdampak. Sejak 2022, lebih dari 227 ribu pekerja industri tekstil kehilangan pekerjaan akibat penurunan permintaan global dan persaingan dengan produk impor.
"Jika daya beli terus melemah tanpa stimulus yang tepat, risiko perlambatan ekonomi semakin nyata," ujar Faisal.
Selain PHK, stagnasi upah riil turut memperburuk daya beli masyarakat. Meskipun upah nominal mengalami kenaikan, harga kebutuhan pokok yang terus melonjak membuat daya beli pekerja tetap rendah. Sektor industri, perdagangan, dan pertanian yang menyerap tenaga kerja terbesar mengalami perlambatan pertumbuhan upah riil, sehingga banyak pekerja masih kesulitan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Beban ekonomi ini paling dirasakan oleh kelas menengah, yang selama ini menjadi motor penggerak konsumsi. Banyak lulusan perguruan tinggi kesulitan mendapatkan pekerjaan sesuai kualifikasi mereka dan terpaksa beralih ke pekerjaan informal dengan pendapatan rendah. Tekanan ekonomi juga membuat kelas menengah mengurangi pengeluaran mereka, terutama untuk belanja non-esensial, seperti hiburan dan perjalanan.
Kondisi ini semakin diperparah oleh menurunnya optimisme terhadap investasi. Pada 18 Maret 2025, investor asing menarik dananya dari sektor keuangan, menyebabkan IHSG turun hingga 6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat yang lemah tidak hanya berdampak pada konsumsi domestik tetapi juga berimbas pada stabilitas ekonomi secara keseluruhan.
Jika kondisi ini terus berlanjut, konsumsi rumah tangga pada semester pertama 2025 diperkirakan akan melambat signifikan. Dengan konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), pelemahan daya beli berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi nasional.
"Pemerintah harus segera mengambil langkah strategis untuk menjaga daya beli masyarakat, karena tanpa intervensi yang tepat, tren pelemahan konsumsi ini bisa menjadi hambatan serius bagi perekonomian," tegas Faisal.