REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Haryanto Pratantara mengungkapkan, penjualan ritel pada momen Ramadhan 1446 Hijriyah/2025 Masehi mengalami kelesuan dibandingkan Ramadhan pada tahun sebelumnya. Pelemahannya diperkirakan mencapai hingga 20 persen.
“Kalau dibandingkan Ramadhan kali ini sama yang tahun lalu jauh lebih slow ya,” ungkap Haryanto saat dihubungi Republika, Jumat (28/3/2025).
Ia menyebut, pelemahan penjualan terjadi secara merata di berbagai kategori. Mulai dari kategori entertainment, food and beverage (F&B), hingga fesyen ritel.
“Secara total agak sulit menyimpulkan (persentase penurunannya), tapi kalau kita ngomong misalya fesyen ritel sendiri, pakaian, alas kaki, mungkin bisa sampai 20 persen. Traffic yang datang (calon pembeli/pembeli) yang datang ke toko juga drop-nya cukup banyak,” jelasnya.
Menurut penuturan Haryanto, penurunan penjualan ritel utamanya terjadi pada masyarakat kelas menengah bawah. Hal itu tidak terlepas dari persoalan melesunya daya beli kalangan tersebut. “Khususnya untuk menengah bawah ya, karena memang spending power-nya rendah, makin menurun spending power-nya, jadi yang paling terpukul ya memang segmen menengah ke bawah,” terangnya.
Haryanto mengatakan, faktor daya beli masyarakat menengah ke bawah yang menurun jelas terlihat dari misalnya data perbankan yang menunjukkan tabungan segmen tersebut makin lama makin habis atau berkurang dari waktu ke waktu.
“Jadi, secara umum mereka sudah mulai makan tabungan, boro-boro bisa nabung, tapi tabungannya mulai digerus untuk biaya hidup mungkin,” ujarnya.