Kamis 27 Mar 2025 10:18 WIB

KEK Industropolis Batang Diyakini Jadi Magnet Baru Investasi Global

Saat beroperasi penuh, KEK ini berpotensi menyerap hingga 250 ribu tenaga kerja.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Satria K Yudha
Foto udara suasana salah satu lokasi industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (20/3/2025). Pemerintah menargetkan nilai investasi di KEK Industropolis Batang sebesar Rp75,8 triliun dalam lima tahun ke depan dengan target dapat menyerap tenaga kerja hingga 58.145 orang dengan pengembangan berfokus pada tiga sektor utama yaitu manufaktur, logistik, dan distribusi.
Foto: ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra
Foto udara suasana salah satu lokasi industri di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Kamis (20/3/2025). Pemerintah menargetkan nilai investasi di KEK Industropolis Batang sebesar Rp75,8 triliun dalam lima tahun ke depan dengan target dapat menyerap tenaga kerja hingga 58.145 orang dengan pengembangan berfokus pada tiga sektor utama yaitu manufaktur, logistik, dan distribusi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), sebagai salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN), kini resmi berstatus sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang dan akan menjadi magnet baru investasi global. Status KEK ditetapkan setelah Presiden Prabowo Subianto menandatangani Peraturan Pemerintah pada 20 Maret 2025.

"Dengan luas mencapai 2.886,7 hektare dari total pengembangan 4.300 hektare, KEK Industropolis Batang menjadi KEK terbesar yang dimiliki oleh BUMN dan satu-satunya di Indonesia yang menggabungkan tiga status, industri dan pengolahan, logistik dan distribusi, serta pariwisata," ujar Direktur Utama PT Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) Ngurah Wirawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu (26/3/2025).

Baca Juga

Sebagai pusat pertumbuhan industri baru, ucap Ngurah, KEK Industropolis Batang menawarkan berbagai insentif menarik, mulai dari pembebasan atau pengurangan pajak hingga kemudahan perizinan investasi, yang memberikan kepastian bisnis bagi para investor. Ngurah menyampaikan KEK Industropolis Batang dilengkapi dengan infrastruktur kelas dunia dan dirancang untuk mendukung industri masa depan yang berkelanjutan dengan konektivitas strategis ke pelabuhan, bandara, serta jaringan logistik nasional. 

"Dengan regulasi yang lebih fleksibel, KEK ini memastikan percepatan perizinan dan operasional bisnis yang lebih efisien," ucap Ngurah. 

Ngurah menyampaikan lokasi KEK Industropolis Batang sangat strategis, berada tepat di tengah Tol Trans Jawa pada km 371 dengan akses langsung ke Gerbang Tol KIT Batang. Menurut Ngurah, KEK ini juga berada di titik nol km ke Pantura dan Pelabuhan, serta hanya 45 menit ke Bandara Ahmad Yani Semarang. 

"Satu-satunya kawasan industri dengan akses tol yang langsung menyajikan pemandangan laut, KEK ini juga diapit oleh pegunungan dan laut, memberikan nilai tambah dengan lanskap yang 

indah dan asri," lanjut Ngurah. 

Ngurah menyampaikan keunggulan geografis ini yang menjadi salah satu faktor utama dalam perolehan status KEK dengan sektor Pariwisata KEK Industropolis Batang hadir sebagai pusat ekonomi baru yang berfokus pada tiga sektor utama. Pertama, sektor industri dan pengolahan yang menjadi rumah bagi manufaktur berteknologi tinggi, seperti otomotif, elektronik, petrokimia, tekstil, serta makanan dan minuman. 

Ngurah mengatakan kehadiran sektor ini akan meningkatkan nilai tambah bahan baku lokal sebelum dipasarkan ke dalam maupun luar negeri. Kedua, sektor logistik dan distribusi yang akan menjadikan KEK ini sebagai simpul perdagangan global dengan fasilitas logistik terintegrasi, termasuk pelabuhan dan gudang berikat.

Ngurah menyampaikan, sektor Pariwisata yang dikembangkan dengan konsep destinasi wisata industri dan ekowisata berkelas dunia, memberikan nilai tambah bagi industri kreatif dan hospitality.

Sebelum ditetapkannya status KEK, lanjut Ngurah, kawasan ini telah menarik minat 27 tenant global yang menunjukkan daya tariknya sebagai pusat investasi. Ngurah menjelaskan tenant-tenant ini berasal dari negara-negara seperti Amerika Serikat, Belanda, Korea Selatan, Cile, Jepang, Taiwan, dan Cina dengan industri yang mencakup solar panel, kaca, wood pellet, alas kaki, PVC, grinding ball, keramik, gas industri, hingga alat kesehatan. 

"Hingga saat ini, total nilai investasi yang telah masuk mencapai Rp 17,95 triliun. Dengan status KEK, KITB diproyeksikan akan menarik tambahan investasi senilai Rp 75,8 triliun serta menciptakan 58.145 lapangan kerja baru," sambung Ngurah. 

Ngurah menyampaikan kawasan ini telah menyerap 7.008 tenaga kerja dari tujuh tenant yang telah beroperasi dengan 80 persen berasal dari Kabupaten Batang. Saat beroperasi penuh, KEK ini berpotensi menyerap hingga 250 ribu tenaga kerja, menjadikannya pusat pertumbuhan ekonomi terbesar di Indonesia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement