REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan utang luar negeri (ULN) Indonesia per Januari 2025 mencapai 427,51 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 6.724 triliun (asumsi kurs Rp 15.730 per dolar AS). Jumlah ini mengalami kenaikan 5,09 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dibandingkan Januari 2024.
ULN pemerintah dan Bank Indonesia meningkat tajam, naik 11,53 persen yoy menjadi 233,12 miliar dolar AS (sekitar Rp 3.667 triliun). Sebaliknya, ULN swasta justru mengalami penurunan 1,71 persen yoy menjadi 194,39 miliar dolar AS (sekitar Rp 3.056 triliun).
Secara lebih rinci, ULN pemerintah pada Januari 2025 tercatat 204,79 miliar dolar AS (sekitar Rp 3.221 triliun), naik 5,34 persen yoy. Peningkatan ini dipengaruhi oleh penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dalam mata uang asing, serta pembiayaan proyek strategis pemerintah.
Sementara itu, ULN Bank Indonesia melonjak signifikan akibat penerbitan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI) yang dimulai sejak Oktober 2023. Lonjakan ini mencapai 93,94 persen yoy, mencerminkan strategi moneter agresif yang diterapkan BI dalam menjaga stabilitas pasar keuangan.
Menanggapi tren ini, Ekonom Bright Institute Awalil Rizky menekankan pentingnya mengawasi lonjakan utang yang dikelola Bank Indonesia. "Kenaikan utang luar negeri pemerintah yang mencapai dua digit perlu dicermati. Meskipun sebagian besar masih dalam batas aman, lonjakan utang Bank Indonesia yang hampir dua kali lipat dalam setahun menandakan strategi moneter yang lebih agresif. Hal ini bisa berdampak pada stabilitas nilai tukar dan inflasi ke depan," ujar Awalil Rizky dikutip Selasa (18/3/2025).
Di sisi lain, ULN sektor swasta menunjukkan tren penurunan dalam beberapa bulan terakhir. Per Desember 2024, ULN swasta tercatat 194,60 miliar dolar AS (sekitar Rp 3.060 triliun), turun 2,37 persen yoy dibandingkan Desember 2023.
Penurunan ULN swasta ini mengindikasikan adanya perbaikan dalam neraca pembayaran dan upaya restrukturisasi utang yang dilakukan oleh korporasi domestik. BI memastikan bahwa struktur ULN Indonesia masih sehat dan terkendali, dengan proporsi utang jangka panjang yang tetap mendominasi. Namun, otoritas moneter tetap mengawasi risiko eksternal, termasuk fluktuasi nilai tukar dan kondisi pasar global, yang dapat memengaruhi stabilitas ekonomi nasional.
