REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna/BEI: HMSP) membukukan laba bersih Rp4,5 triliun hingga kuartal III 2025. Meski turun 13,7 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya, kinerja HMSP disebut menunjukkan perbaikan bila dibandingkan semester I 2025 ketika penurunan laba mencapai 36 persen (yoy).
Perusahaan melaporkan penjualan bersih Rp83,7 triliun atau turun 5,3 persen dibanding tahun lalu. Adapun pangsa pasar disebut mencapai 30,9 persen. Manajemen menyebut pelemahan daya beli dan maraknya rokok ilegal sebagai dua faktor utama yang menekan pendapatan.
Presiden Direktur Sampoerna Ivan Cahyadi dalam paparan publik pada Rabu (3/12/2025) menjelaskan, strategi portofolio lintas segmen tetap dijalankan untuk menjaga daya saing perusahaan. “Di tengah tantangan industri, Sampoerna menjalankan strategi bisnis serta memperkuat organisasi melalui pengembangan kompetensi sumber daya manusia,” ujarnya berdasarkan siaran pers.
Ivan menilai kebijakan tarif cukai yang tidak berubah pada 2025–2026 memberi kepastian bagi industri legal, terutama ketika pasar masih tertekan. “Kebijakan ini, disertai penegakan hukum terhadap peredaran rokok ilegal, memberikan ruang bagi industri legal untuk tetap bertahan,” katanya.
Di luar kinerja finansial, HMSP melaporkan keterlibatannya dalam rantai nilai tenaga kerja dan kemitraan industri. Perusahaan menyatakan lebih dari 90 ribu pekerja terlibat secara langsung dan tidak langsung melalui fasilitas produksi dan mitra usaha, serta kemitraan dengan lebih dari 19.500 petani tembakau dan cengkih.
Program pemberdayaan usaha kecil dan pelatihan kewirausahaan juga dilaporkan berlanjut melalui Sampoerna Retail Community (SRC). Program ini telah memberdayakan lebih dari 250 ribu toko kelontong di seluruh Indonesia.
Ivan menyatakan, perusahaan akan melanjutkan strategi adaptif di tengah perubahan industri. Menurutnya, keberlanjutan bisnis perlu berjalan seiring kontribusi terhadap perekonomian nasional.