REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan investasi melalui hilirisasi salah satu kunci utama dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen. Wakil Ketua MPR Eddy Soeparno menyinggung situasi selama ini, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia baru mencapai sekitar 5 persen. Capaian demikian, dinilai belum optimal.
Ini mengingat Indonesia telah memiliki keuntungan bonus demografi dalam 12 tahun terakhir. "Mungkin ada sesuatu yang belum optimal dari struktur ekonomi kita, sehingga harus ada nilai tambah antara lain dari hilirisasi dan industrialisasi," kata Eddy dalam keterangan resmi MIND ID, dikutip Jumat (28/2/2025).
Ia menambahkan, konsumsi masyarakat selama ini, turut menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. Kontribusinya mencapai 60 persen. Meski demikian, segmen konsumsi masyarakat saja belum akan cukup sehingga diperlukan adanya investasi dan ekspor untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen.
Indonesia yang punya keunggulan sumber daya alam khususnya raw material mineral dan batu bara dinilai berpeluang untuk mendongkrak nilai tambah dan memperkuat pasar ekspor. "Harus ada peningkatan investasi agar kita kemudian bisa menciptakan nilai tambah dari aspek hilirisasi. Setelah itu bisa kita ekspor, paling tidak kita sudah bisa memproduksi sendiri, mensubstitusi impor yang selama ini kita lakukan," kata Eddy.
Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo mengungkapkan, industri pengolahan dan logam pertambangan memiliki kontribusi signifikan pada raihan Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 12 persen. "Artinya ini memang salah satu sektor yang menarik buat investor untuk masuk. MIND ID memang ada di sektor ini dan nanti punya peran untuk bisa menarik investor masuk ke Indonesia supaya mendorong investasi lebih masif," ujar Dilo.
Dia menambahkan, sebagai pemegang mandat hilirisasi, MIND ID mendorong peningkatan nilai tambah pada seluruh komoditas mineral dan batu bara. Apalagi, total Foreign Direct Investment (FDI) ke sektor pengolahan logam dan pertambangan mencapai 28 persen pada tahun 2024.
Dalam mendorong peningkatan nilai tambah, roadmap pengembangan mineral kritis dan strategis menjadi salah satu aspek penting. MIND ID pun juga terus memperkuat pasar untuk menyerap produk-produk yang dihasilkan baik di dalam negeri maupun pasar ekspor.
"Jadi kita nanti mungkin juga akan bersama-sama dengan mitra untuk bisa menyelesaikan. Tugas kita tidak hanya berhenti di hilirisasi midstream tapi industrialisasi manufaktur sampai produk akhir," tutur Dilo.
MIND ID kini tengah berfokus melaksanakan sejumlah proyek hilirisasi antara lain Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) di Mempawah, Kalimantan Barat, yang dikelola oleh PT Borneo Alumina Indonesia (BAI), proyek smelter tembaga dan Precious Metal Refinery (PMR) di Gresik, Jawa Timur oleh PT Freeport Indonesia. Proyek lainnya yakni proyek nikel di Halmahera Timur, yang mencakup pembangunan smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) untuk memproduksi nikel serta fasilitas High-Pressure Acid Leach (HPAL) untuk bahan baku baterai kendaraan listrik.