Senin 10 Nov 2025 19:36 WIB

BI: Kepercayaan Konsumen Meningkat, Ekonomi Dipandang Lebih Positif

Keyakinan konsumsen meningkat di seluruh kelompok.

Rep: Eva Rianti/ Red: Satria K Yudha
Pengunjung antre untuk berbelanja setelah dibukanya toko digital Scan and Go di CBD Ciledug, Tangerang, Banten, Rabu (8/3/2023). Scan and Go merupakan toko ritel digital pertama di Indonesia dimana konsumen bisa langsung belanja di toko dengan menggunakan aplikasi yang ada di keranjang belanja tanpa melakukan pembayaran melalui kasir.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Pengunjung antre untuk berbelanja setelah dibukanya toko digital Scan and Go di CBD Ciledug, Tangerang, Banten, Rabu (8/3/2023). Scan and Go merupakan toko ritel digital pertama di Indonesia dimana konsumen bisa langsung belanja di toko dengan menggunakan aplikasi yang ada di keranjang belanja tanpa melakukan pembayaran melalui kasir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) menyampaikan, survei konsumen BI pada Oktober 2025 mengindikasikan meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi dibandingkan bulan sebelumnya. Hal itu tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2025 yang berada pada level optimistis (indeks > 100) sebesar 121,2. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan indeks pada September 2025 sebesar 115,0.

“Meningkatnya keyakinan konsumen pada Oktober 2025 ditopang oleh peningkatan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), yang masing-masing tercatat sebesar 109,1 dan 133,4, lebih tinggi dibandingkan indeks bulan sebelumnya sebesar 102,7 dan 127,2,” kata Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Senin (10/11/2025).

Baca Juga

Lebih lanjut, berdasarkan kelompok pengeluaran, keyakinan konsumen pada Oktober 2025 meningkat untuk seluruh kelompok, dengan IKK tertinggi tercatat pada responden berpengeluaran di atas Rp 5 juta (125,3), diikuti oleh responden dengan pengeluaran Rp 4,1–5 juta (120,4).

Berdasarkan kelompok usia, IKK juga meningkat pada seluruh kelompok usia, dengan optimisme tertinggi pada kelompok usia 20–30 tahun sebesar 125,0. Secara spasial, IKK mengalami peningkatan di mayoritas kota yang disurvei, terutama di Medan, Pontianak, dan Padang.

Kenaikan IKE Oktober 2025 dibandingkan bulan sebelumnya bersumber dari peningkatan seluruh komponen pembentuknya, yakni Indeks Penghasilan Saat Ini (IPSI), Indeks Pembelian Barang Tahan Lama (IPDG), dan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja (IKLK), yang tercatat masing-masing sebesar 117,1, 107,5, dan 102,6. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 112,9, 103,2, dan 92,0.

Secara umum, keyakinan konsumen terhadap penghasilan saat ini tercatat meningkat untuk seluruh kelompok konsumen. Berdasarkan kelompok pengeluaran, indeks tertinggi tercatat pada responden berpengeluaran di atas Rp 5 juta (122,7), diikuti oleh pengeluaran Rp 4,1–5 juta (117,6). Dari sisi usia, seluruh kelompok mencatatkan peningkatan indeks, kecuali responden usia 20–30 tahun yang mengalami penurunan menjadi sebesar 121,6.

Persepsi responden terhadap ketersediaan lapangan kerja saat ini meningkat pada seluruh kelompok pendidikan dan usia. Berdasarkan kelompok pendidikan, indeks tertinggi tercatat pada kelompok pendidikan pascasarjana. Kelompok pendidikan SMA mencatat perbaikan IKLK paling besar meskipun masih berada di zona pesimis (98,2). Sementara itu, IKLK meningkat pada seluruh kelompok usia, meskipun kelompok usia di atas 51 tahun masih berada di zona pesimis.

Dari sisi pengeluaran, Indeks Pembelian Barang Tahan Lama pada kelompok pengeluaran ≤ Rp 4 juta mengalami peningkatan, sedangkan kelompok pengeluaran ≥ Rp 4,1 juta mengalami penurunan. Berdasarkan kelompok usia, IPDG meningkat pada seluruh kelompok, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok usia 20–30 tahun sebesar 112,8.

Adapun indeks ekspektasi konsumen (IEK) menunjukkan peningkatan optimisme terhadap kondisi enam bulan ke depan. IEK Oktober 2025 tercatat sebesar 133,4, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 127,2. Kenaikan ini bersumber dari peningkatan seluruh komponen pembentuknya, yaitu Indeks Ekspektasi Penghasilan (IEP), Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja (IEKLK), dan Indeks Ekspektasi Kegiatan Usaha (IEKU), yang masing-masing tercatat sebesar 138,4, 132,0, dan 129,6—lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 134,3, 123,1, dan 124,2.

Persepsi responden terhadap ekspektasi penghasilan enam bulan mendatang meningkat pada kelompok pengeluaran ≤ Rp 4 juta, sementara penurunan optimisme terjadi pada kelompok pengeluaran ≥ Rp 4,1 juta. Berdasarkan kelompok usia, ekspektasi penghasilan meningkat pada seluruh kelompok usia, kecuali kelompok 41–50 tahun yang menurun menjadi sebesar 136,9.

Perkiraan konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang juga meningkat pada tingkat pendidikan SMA (129,1), akademi/diploma (136,4), dan sarjana (138,5), sementara tingkat pendidikan pascasarjana tercatat stabil (140,8). Berdasarkan kelompok usia, ekspektasi ketersediaan lapangan kerja meningkat pada seluruh kelompok usia.

Ekspektasi konsumen terhadap perkembangan kegiatan usaha ke depan tercatat meningkat pada seluruh kelompok pengeluaran. Peningkatan tertinggi tercatat pada kelompok pengeluaran Rp 1–2 juta dengan indeks sebesar 116,3. Berdasarkan kelompok usia, indeks juga meningkat pada seluruh kelompok.

Sementara itu, kondisi keuangan konsumen pada Oktober 2025 menunjukkan rata-rata proporsi pendapatan untuk konsumsi sebesar 74,7 persen, lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 75,1 persen.

Proporsi pembayaran cicilan atau utang sebesar 11 persen, relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 11,2 persen. Adapun proporsi pendapatan yang disimpan sebesar 14,3 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 13,7 persen.

Proporsi konsumsi terhadap pendapatan menurun pada sebagian kelompok pengeluaran, yaitu kelompok Rp 1–2 juta (76,5 persen), Rp 3,1–4 juta (72,8 persen), dan di atas Rp 5 juta (70,5 persen). Sementara itu, porsi pendapatan yang ditabung meningkat pada mayoritas kelompok pengeluaran, terutama pada kelompok di atas Rp 5 juta (16,5 persen).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement