Selasa 18 Feb 2025 16:47 WIB

Pemerintah Telah Petakan 28 Lokasi Potensial PLTN

Pengembangan energi nuklir di Indonesia masih berada dalam fase 1.

Peneliti BRIN melakukan pengecekan kolam reaktor nuklir di fasilitas Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy, di kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (15/7/2024). Reaktor serba guna G.A Siwabessy milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah reaktor riset tipe kolam dengan bahan bakar uranium silisida yang kapasitas 30 MWth mampu dimanfaatkan untuk riset bahan bakar nuklir, radiografi neutron, analisis aktivasi neutron, riset berkas neutron, dan produksi radioisotop.
Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Peneliti BRIN melakukan pengecekan kolam reaktor nuklir di fasilitas Reaktor Serba Guna G.A Siwabessy, di kawasan Sains dan Teknologi B.J. Habibie, Serpong, Tangerang Selatan, Banten, Senin (15/7/2024). Reaktor serba guna G.A Siwabessy milik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) adalah reaktor riset tipe kolam dengan bahan bakar uranium silisida yang kapasitas 30 MWth mampu dimanfaatkan untuk riset bahan bakar nuklir, radiografi neutron, analisis aktivasi neutron, riset berkas neutron, dan produksi radioisotop.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah telah memetakan daerah-daerah yang potensial menjadi lokasi pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Sejauh ini, terdapat 28 lokasi potensial sebagai tempat PLTN.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eniya Listiani Dewi mengatakan, beberapa lokasi itu terletak di Semenanjung Muria, Jawa Tengah, Banten, Batam, hingga Nusa Tenggara Barat (NTB).

Baca Juga

Eniya menyampaikan, lokasi-lokasi potensial untuk PLTN telah dipetakan oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) sebelum melebur dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). 

"Saat ini lokasi potensial itu sedang ditindaklanjuti oleh BRIN dan lokasi-lokasi tersebut ada di Semenanjung Muria, Banten, Pulau Bangka, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Batam, Nusa Tenggara Barat dan seterusnya. Lalu di sana kita melihat peta, peta-peta potensial untuk diletakkan lokasi-lokasi PLTN," ujar Eniya dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi XII DPR RI, di Jakarta, Selasa (18/2/2025).

Ia mengatakan, lokasi-lokasi potensial tersebut harus dilakukan peninjauan ulang untuk pembaruan data-data.

Indonesia yang terdiri dari negara kepulauan, kata Eniya, memiliki kebutuhan listrik yang berbeda-beda di tiap wilayah. Oleh karena itu, perlu dilakukan peninjauan baru untuk memastikan total kapasitas listrik yang dibutuhkan oleh tiap daerah.

Menurut Eniya, hal ini juga berkaitan dengan pembangunan PLTN, baik yang menggunakan Small Modular Reactor (SMR) maupun lahan tapak atau land based.

"Apakah kita nanti akan menggunakan SMR ataupun land based yang lebih besar, ya 1.000 megawatt (MW), dan seterusnya. Kita akan melihat nanti sesuai kebutuhan lokasi, lalu jenis teknologinya yang akan dipakai seperti dan ini semua juga disesuaikan dengan sistem PLN," kata Eniya.

Eniya menjelaskan, saat ini pengembangan energi nuklir di Indonesia masih berada dalam fase 1 atau persiapan pembangunan PLTN berdasarkan pedoman dari International Atomic Energy Agency (IAEA).

Dalam Rancangan Peraturan Pemerintah Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) dan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), PLTN akan beroperasi on grid pada 2032 dengan kapasitas sebesar 250 MW dan menjadi 7 gigawatt pada 2040.

 

 

 

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement