Senin 25 Aug 2025 10:53 WIB

PLN Sebut Nuklir Solusi Ideal Trilema Energi

Energi nuklir dinilai andal, bersih, dan terjangkau untuk kebutuhan nasional.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
PT PLN (Persero) bersama pemerintah berkomitmen membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. (ilustrasi)
Foto: Shamil Zhumatov/Reuters
PT PLN (Persero) bersama pemerintah berkomitmen membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT PLN (Persero) bersama pemerintah berkomitmen membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia. Direktur Teknologi, Enjiniring, dan Keberlanjutan PLN, Evy Haryadi, mengatakan energi nuklir merupakan solusi paling ideal karena mampu menjawab trilema energi, yakni menghadirkan pasokan andal, bersih, dan terjangkau.

“PLTN menghasilkan energi listrik yang stabil sama dengan pembangkit batubara, biaya produksinya murah, dan juga bersih. Dengan begitu, PLTN memenuhi semua aspek trilema energi, yakni andal, bersih, dan terjangkau,” ujar Evy dalam sebuah diskusi beberapa hari lalu, dikutip Senin (25/8/2025).

Baca Juga

Ia menjelaskan, sebelum tercantum dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, PLN telah mengkaji penerapan PLTN dengan sejumlah negara yang sudah berhasil menggunakan energi nuklir. PLN juga berkolaborasi dengan berbagai pihak yang dapat membantu dari sisi pengetahuan maupun teknis, baik kementerian/lembaga, universitas, maupun mitra lainnya.

Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Jisman P Hutajulu, menilai nuklir merupakan energi penyeimbang untuk menjamin keandalan sistem ketenagalistrikan. Ke depan, ketika masyarakat sudah menerima, regulasi siap, dan teknologi semakin matang, ruang bagi pengembangan energi nuklir akan semakin besar.

“Dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN) terbaru yang telah disetujui DPR RI, nuklir ditempatkan sebagai penyeimbang energi,” ungkap Jisman.

Dalam dokumen Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan RUPTL PLN 2025–2034, rencana pembangunan PLTN telah dinyatakan secara eksplisit. Sesuai RUPTL PLN, dua unit PLTN dengan kapasitas masing-masing 2x250 MW akan dibangun.

Meski demikian, Jisman menekankan pembangunan PLTN tidak bisa dilakukan tergesa-gesa. Regulasi harus disusun matang, organisasi Nuclear Energy Program Implementing Organization (NEPIO) perlu segera dibentuk, serta BUMN dilibatkan agar pengelolaan tetap berada dalam kendali negara.

Kepala Organisasi Riset Tenaga Nuklir Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Syaiful Bakhri, mengatakan pengelolaan limbah nuklir justru lebih mudah dibandingkan mengolah sampah di Bantar Gebang.

“Silakan buktikan. PLTN umurnya 40 tahun, berapa luas area yang dibutuhkan untuk menyimpan limbah? Hanya sebesar ruangan ini, 40 tahun,” ujar Syaiful ketika menjadi pembicara pada Nusantara Energi Forum di Jakarta, Rabu (20/8/2025).

Ia menjelaskan, limbah bahan bakar bekas dari reaktor nuklir sejatinya tidak sepenuhnya menjadi limbah. Hanya sekitar 5 persen yang habis terpakai untuk reaksi fisi, sementara 95 persen sisanya masih dapat didaur ulang untuk digunakan kembali pada reaktor lain.

Menurutnya, hal ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk mencapai kemandirian energi. Selain itu, sisa material 5 persen tersebut juga tetap memiliki manfaat, seperti untuk kebutuhan rumah sakit, industri, maupun iradiasi pangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement