REPUBLIKA.CO.ID, HOUSTON -- Perusahaan-perusahaan teknologi raksasa seperti Amazon dan Google menandatangani perjanjian untuk mendukung target peningkatan kapasitas energi nuklir dunia tiga kali lipat pada 2050. Janji ini ditandatangani dalam pertemuan petinggi-petinggi perusahaan energi di seluruh dunia, CERAWeek di Houston, Texas, Amerika Serikat (AS).
Perusahaan minyak AS, Occidental dan perusahaan alat berat asal Jepang, IHI Corp juga menandatangani perjanjian yang sama. "Kami benar-benar berada di awal industri baru," kata Menteri Energi AS Chris Wright di CERAWeek, Selasa (11/3/2025).
Dalam siaran persnya, Asosiasi Nuklir Dunia (WNA) mengatakan beberapa bulan mendatang janji ini diperkirakan menarik lebih banyak dukungan dari industri-industri lain seperti maritim, penerbangan, serta minyak dan gas. WNA merupakan kelompok industri nuklir yang memfasilitasi janji tersebut.
WNA menambahkan pada 2023 lalu sudah lebih dari 30 negara menargetkan meningkatkan kapasitas energi nuklirnya tiga kali lipat pada tahun 2050. WNA mengatakan energi nuklir yang merupakan salah satu sumber energi bersih menghasilkan 9 persen listrik di seluruh dunia dari 439 reaktor.
Energi nuklir juga menjadi solusi menarik untuk mengatasi hausnya energi pusat data. Perusahaan-perusahaan teknologi besar sudah menandatangani kesepakatan miliar dolar AS untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
Pada Januari tahun lalu, harga uranium oksida yang digunakan di teknologi nuklir mencapai titik tertinggi selama 16 tahun akibat ketidakpastian pasokan dan tingginya permintaan. Uranium oksida mendapatkan momentum pada tahun 2021 ketika pasokan tertahan akibat penutupan perbatasan atau lockdown pandemi Covid-19.
WNA mengatakan meski permintaan sangat tinggi, tapi pasokan uranium global masih terkonsentrasi di Kazakhstan, Kanada dan Australia. Tiga negara itu menghasilkan dua pertiga produksi uranium di seluruh dunia pada tahun 2022 lalu.
Hingga awal 2025, dunia hanya memiliki 411 reaktor pembangkit listrik tenaga nuklir yang totalnya menghasilkan 371 gigawatt. Amazon mengatakan sudah menghabiskan lebih dari 1 miliar dolar AS untuk proyek-proyek energi nuklir.
Perusahaan itu juga mengeksplorasi proyek-proyek reaktor modular kecil. Perusahaan teknologi raksasa lainnya, Meta dan Google juga sedang meneliti teknologi yang baru lahir itu.