Rabu 03 Jul 2024 14:32 WIB

Bahlil: Nilai Investasi Korsel di Indonesia Rp 200 Triliun dari 2019-2023

Indonesia memiliki pabrik baterai mobil listrik dan mobil listrik yang terintegrasi.

Rep: Frederikus Bata/ Red: Gita Amanda
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan besaran investasi Korea Selatan di Indonesia, (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan besaran investasi Korea Selatan di Indonesia, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan besaran investasi Korea Selatan di Indonesia, dalam lima tahun terakhir mencapai sekitar 14 miliar dolar AS. Tepatnya dari 2019 hingga 2023.

Sebuah angka yang cukup siginifikan. Itu menandai hubungan baik antara kedua negara. Baik di level pemerintahannya, maupun antar perusahaan.

Baca Juga

"Jadi kalau kita hitung kurang lebih Rp 200 triliun, dan investasi ini lebih banyak mengarah ke sektor hilirisasi," kata Bahlil  di acara Peresmian Ekosistem Baterai dan Kendaraan Listrik Korea Selatan di Indonesia, di Karawang, Jawa Barat, Rabu (3/7/2024).

Acara tersebut dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Sebuah tonggak bersejarah. Indonesia memiliki pabrik baterai mobil listrik dan mobil listrik yang terintegrasi. Bahlil berkesempatan memaparkan kronologi dimulainya proyek ini.

Fakta yang baru saja terjadi, menjadi salah satu bukti adanya kerja sama yang terjalin antara Indonesia dengan Korea Selatan. Bahlil menegaskan, situasi demikian sesuai arahan Presiden. Investasi harus inklusif.

"Tidak hanya dikuasai oleh satu negara tertentu, tetapi juga mendatangkan banyak negara. Pada 2019, waktu terlibat beberapa pertemuan dengan Korea (Selatan), Presidne selalu memerintahkan kepada kami untuk melaksanakan program alih teknologi dan hilirisasi," ujar tokoh kelahiran Maluku ini.

Ia merincikan beberapa proyek investasi Korsel di Indonesia. Ada Lotte Chemical di Cilegon, dengan nilai investasi sebesar 4 miliar dolar AS. Pada 2016, proyek tersebut sempat mangkrak.

Sekarang, jelas Bahlil, proyeknya nyaris rampung. Rencananya pada Maret 2025 sudah mulai produksi. Berikutnya ada proyek di PT KCC Glass di Batang. Sebuah pabrik kaca. Rencananya akan mulai produksi pada Agustus 2024.

"Itu salah satu di antara proyek-proyek Investasi hilirisasi di Indonesia yang berasal dari Korea (Selatan)," ujarnya.

Selanjutnya, ia membahas acara yang sedang berlangsung. Menurut Bahlil ini menandai sebuah babak baru. Jika dikalkulasi semuanya, nilai investsinya sekitar 11-12 miliar dollar AS. "Ini investasi terbesar untuk ekosistem yang ada di Indonesia, khususnya untuk ekosistem baterai mobil sampai mobilnya," ujar pejabat ngara berusia 47 tahun ini.

Ia menceritakan tahapan yang dilakui. Ada banyak tantangan. Salah satunya, Covid-19 yang terjadi beberapa tahun lalu.

Tak ada kata menyerah. Mereka terus melanjutkan apa yang sudah ditargetkan. Hasilnya seperti yang sudah terjadi.

"Pada 2020 Pak kami ditugaskan oleh bapak di era covid untuk melakukan komunikasi dengan LG, dan itu cobaan yang sangat luar biasa pak karena kami sembilan kali ke Korea Selatan di era covid. Pak Erick (Thohir) juga waktu itu ikut. Di Korea  (Selatan) kami ga bisa tatap muka karena ada anggota kami yang kena covid. Jadi kami rapat lewat hotel padahal sudah di Korea (Selatan) pak," tutur Bahlil.

Satu demi satu proses terlewati. Pada September 2021 ada groundbreaking. Lalu pada September 2023, proyek ini hampir selesai. Kemudian pada hari ini, diresmikan.

Ini merupakan pabrik sel baterai EV pertama dan terbesar di Asia Tenggara. Presiden Joko Widodo optimistis Indonesia bisa terus kompetitif di urutan terdepan. Pasalnya, negara kita memiliki tambang nikel, bauksit, dan tembaga.

Pabrik mobilnya juga ada di Indonesia. Terintegasi dalam sebuah ekosistem industri mobil listrik. "Siapa yang bisa menghadang kita kalau kondisinya kompetitif seperti itu," ujar Jokowi.

Ia menghargai investasi Rp 20 triliun untuk pabrik mobil Hyunda. Lalu green packaging ekosistem baterai listrik yang terintegrasi, yakni konsorsium Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power. Nilai investasinya sebesar Rp 160 triliun yang akan diselesaikan secara bertahap.

"Semoga ini menandai semakin membaiknya hubungan antara Republik Korea dan Indonesia. Saya rasa itu yang ingin saya sampaikan, dengan mengucap bismilah pada hari ini saya resmikan pabrik dan ekosistem baterai dan kendaraan listrik Korea Selatan di Indonesia, terima kasih," ujar tokoh yang juga pernah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta ini. 

Pada kesempatan serupa, Presiden mengapresiasi keberanian Chairman Hyundai Motor  Group Euisun Chung. Sosok yang disebut terakhir tetap mengeksekusi proyek besar ini meski dalam kondisi yang sangat menantang. Beberapa tahun lalu, pandemi covid-19 melanda dunia.

Dalam pernyataannya, Chairman Chung menyinggung visi bersama antara Indonesia dan Hyundai untuk masa depan Industri otomotif. Ada komitmen dari semua pihak yang terlibat demi mewujudkan visi tersebut.

"Hari ini kita berkumpul untuk merayakan produksi terbaru Kona Electric di sini. Saya sangat bangga bahwa Kona Electric buatan Indonesia ini juga ditenagai dengan baterai yang di produksi di Indonesia. Sebagai Kerjasama usaha antara Hyundai dan LG energy solution," ujar Chung.

Penyelesaian pabrik sel baterai di Indonesia, memberikan kebanggaan untuk semua. Menurutnya, itu bukti kemajuan yang  dicapai dari kemitraan bersama ini. Ia menegaskan, paling penting, Hyundai Motor Group dan Indonesia membentuk masa depan ekosistem EV bukan hanya di Asia tetapi juga di  seluruh dunia.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement