Jumat 28 Jun 2024 13:30 WIB

Optimistis Raih Kinerja Cemerlang, Carsurin Optimalkan Peluang Ekonomi Hijau

Carsurin terus berupaya mendukung ambisi pemerintah melakukan transformasi ekonomi.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
PT Carsurin Tbk (CRSN) bekerja sama dengan  National Battery Research Institute (NBRI) untuk mendukung kemajuan teknologi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia.
Foto: dok istimewa
PT Carsurin Tbk (CRSN) bekerja sama dengan National Battery Research Institute (NBRI) untuk mendukung kemajuan teknologi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Carsurin Tbk (CRSN) berhasil membukukan kinerja positif dan sejumlah kerja sama strategis sepanjang 2023. Direktur Utama PT Carsurin Tbk Sheila Tiwan menyebutkan perseroan berhasil mencatatkan pendapatan sebesar Rp 444,43 miliar sepanjang 2023, meroket 22,31 persen dari pendapatan pada 2022 sebesar Rp 363,37 miliar.

Melihat kinerja yang meyakinkan pada 2023 dan prospek cerah bisnis sektor TIC yang masih terjaga pada 2024, PT Carsurin Tbk optimistis dapat meraih proyeksi target pendapatan yang telah ditetapkan pada 2024 sebesar Rp 468,71 miliar.  

Baca Juga

“Kami percaya akan kinerja yang positif di tahun 2024. Pertumbuhan industri TIC masih akan terus tumbuh positif seiring dengan kebutuhan industri atas komitmen terhadap lingkungan, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap regulasi, meningkatnya permintaan untuk produk dan layanan berkualitas dan berteknologi tinggi, meningkatnya kesadaran konsumen tentang keamanan dan kualitas produk hingga tuntutan dari pertumbuhan perdagangan global,” ujar Sheila di Jakarta, Jumat (28/6/2024).

Carsurin juga terus berupaya mendukung ambisi pemerintah dalam melakukan transformasi ekonomi dan menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan mengoptimalkan peluang bisnis Perseroan di tiga sektor. Sektor pertama adalah Green Economy termasuk didalamnya mengenai Climate Change Mitigation dan EV Ecosystem. Sektor selanjutnya adalah Blue Economy dan Energy Transition.  

Adapun beberapa peluang ekonomi hijau yang sedang dikembangkan Perseroan, di antaranya environmental testing, carbon footprint, greenhouse gas (GHG) certification, dan carbon trading. Selain itu, terdapat peluang di rantai pasok bijih nikel, tes baterai kendaraan listrik, hingga kelistrikan hilir.

Selanjutnya untuk sektor ekonomi biru, terdapat peluang dari bisnis marine infrastructure, maritime transport, dan dangerous goods. Sedangkan untuk transisi energi, Perseroan telah menerapkan energy efficiency audit, UAV digital transformation, dan layanan terkait dengan biofuel, palm kernel shell dan Green Gold Label (GGL).  

Pada bulan Februari 2024, Perseroan mengumumkan kerja sama Aliansi Strategis dengan National Battery Research Institute (NBRI) yang menandai kemajuan signifikan dalam kolaborasi kedua belah pihak untuk memperkuat posisi Indonesia dalam industri kendaraan listrik (EV).  

"Pendirian fasilitas pengujian baterai EV merupakan langkah penting dalam perjalanan kami menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan untuk Indonesia. Fasilitas laboratorium bersama NBRI merupakan representasi dari dedikasi kami terhadap keunggulan, inovasi, dan komitmen terhadap kesejahteraan lingkungan kita", ujar Sheila.

Kerja sama terkait pendirian dan operasional fasilitas pengujian baterai EV menjadi sebuah tonggak penting dalam upaya menuju mobilitas berkelanjutan dan kepemimpinan teknologi di sektor EV Indonesia. 

Sepanjang 2023, Carsurin berhasil mencetak laba kotor Rp 229,67 miliar atau tumbuh 25,17 persen dari Rp 183,48 miliar pada 2022. Sementara itu, laba operasi Perseroan pada 2023 tercatat Rp 54,39 miliar, tumbuh 11,67 persen dari Rp 48,71 miliar pada 2022.  

Dengan pencapaian laba bersih pada 2023 sebesar Rp 27,80 miliar, Perseroan optimistis laba bersih Carsurin pada 2024 mencapai Rp 39,08 miliar. Sementara itu, pendapatan perseroan diproyeksikan mencapai Rp 468,71 miliar pada 2024.  

Di sisi lain, Perseroan juga berhasil mencatatkan pertumbuhan dari sisi aset. Pada 2023, aset lancar mencapai Rp 129,74 miliar, tumbuh pesat 52,03 persen dari akhir 2022 sebesar Rp 85,33 miliar. Sementara itu, aset tidak lancar juga mencatatkan pertumbuhan meyakinkan hingga 108,02 persen menjadi Rp 176,31 miliar pada 2023, dari akhir tahun sebelumnya Rp 84,76 miliar.  

Dengan demikian, total aset pada 2023 mencapai Rp 306,05 miliar, meroket 79,93 persen dibandingkan dengan total aset Rp 170,09 miliar pada 2022. Adapun, liabilitas jangka pendek pada 2023 tercatat Rp 30,62 miliar, sedangkan liabilitas jangka panjang Rp 62,36 miliar. Meski demikian, Perseroan mengupayakan agar liabilitas jangka pendek dan jangka panjang akan turun pada 2024, masing masing menjadi Rp 27,98 miliar dan Rp 57,34 miliar. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement