Jumat 08 Dec 2023 15:55 WIB

Starbucks Gencar Lakukan Promosi, Dampak Isu Boikot Mulai Dirasakan?

Sebelum adanya isu boikot, promosi Starbucks biasanya satu bulan sekali.

Seorang anak bersepeda di dekat gerai Starbucks di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Ahad (5/11/2023).  Starbucks gencar melakukan promosi untuk menggaet konsumen.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Seorang anak bersepeda di dekat gerai Starbucks di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Ahad (5/11/2023). Starbucks gencar melakukan promosi untuk menggaet konsumen.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Kedai kopi asal Amerika Serikat, Starbucks, melakukan promosi besar-besaran setelah isu boikot konsumen Indonesia karena serangan Israel terhadap Palestina. Gerai Starbucks di Indonesia menawarkan promo membeli satu gratis satu untuk ukuran grande.

Starbucks gencar mengirimkan pesan singkat (SMS) kepada konsumennya terkait promosi tersebut. Promo membeli satu gratis satu dan hanya berlaku pada hari ketika SMS diterima oleh konsumen.

Baca Juga

Biasanya Republika.co.id menerima SMS promosi tersebut satu bulan sekali. Namun, dalam sepekan ini, Republika.co.id sudah menerima tiga kali SMS terkait promo tersebut. 

Belum ada data resmi dari Starbucks di Indonesia terkait penurunan penjualan mereka setelah terkena isu boikot karena Starbucks dianggap membela Israel. Meski demikian, menurut pengamatan Republika, sejumlah gerai Starbucks seperti di Pejaten Pasar Minggu, Jakarta Selatan, dan Starbuck di wilayah Depok tidak lagi seremai seperti biasanya.

Gerai-gerai tersebut masih dikunjungi konsumen. Namun demikian, jumlah konsumennya tidak sebanyak seperti sebelum muncul isu biokot yang melanda Starbucks.

Berbeda dengan Starbucks Indonesia, yang belum merilis pengaruh isu boikot terhadap penjualannya, KFC telah menyampaikan data penjualan.

Manajemen PT Fast Food Tbk (FAST) mengakui imbauan boikot berpengaruh terhadap penjualan jaringan restoran miliknya, KFC. KFC menjadi salah satu merek yang masuk daftar boikot setelah memberikan dukungan kepada tentara Israel.  

"Efek boikot terhadap produk kami mencakup penurunan penjualan dan transaksi bisnis kami," tulis manajemen FAST dalam laporan Hasil Public Expose Tahunan yang dirilis 28 November lalu. 

Untuk mengatasi dampak ini, perseroan merespons dengan merilis sejumlah produk baru dan promosi yang dirancang untuk menggantikan transaksi yang hilang. Untuk meminimalkan dampak boikot, perseroan saat ini fokus pada promosi intensif terhadap produk-produk yang dijual. 

Dengan menurunnya penjualan produk KFC, manajemen FAST merevisi proyeksi pertumbuhan pada 2024 dari yang sebelumnya 15 persen menjadi 10 persen. Perseroan meyakini dapat mencapai target tersebut melalui strategi yang dimulai akhir 2023. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement